Tuesday, March 21, 2017

[Eps 9] Trip To Jinan Mountain "Good Nature on Sunday"



DAY 9

Minggu, 15 Mei 2016

           Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, rasanya baru kemarin aku menginjakan kaki di negeri impian ini ternyata sudah seminggu yang lalu. Baiklah, di hari Minggu ini kami mempunyai jadwal kegiatan jarak jauh lagi. Hari ini kami dijadwalkan akan pergi bertamasya sekaligus berolahraga ke kota Jinan. Lebih tepatnya kami akan mengunjujngi tempat bersejarah di Gunung Mai (di Korea di sebut Mai-san, san artinya gunung), Yah mungkin seperti hiking lah ya. Seperti biasa aku bangun pagi dan langsung bersiap diri untuk berangkat ke tempat tujuan. Cuaca hari ini tidak terlalu dingin bahkan terasa hangat sehingga aku putuskan mengenakan pakaian yang santai dan tidak terlalu tebal. Setelah selesai bersiap, kami segera berkumpul dan berangkat ke parking lot dan memulai perjalanan. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami di bawa ke sebuah restoran yang menyediakan makanan cina. Yap benar sekali hari ini aku akan menyantap mie khas cina dengan dibaluri saus hitam yaitu ‘Jajangmyeon’. Kalian para Kpopers dan pecinta drama Korea pastinya tahu dong jajangmyeon kaya gimana. Oke kita lanjut saja, bus yang kita tumpangi berhenti di pinggir jalan raya, kemudian kami turun dari bis dan bersiap akan menyebrang karena lokasi restaurant Jajangmyeon berada di sebrang jalan. Ada yang mengejutkan saat kami turun dari bis, Teh Ipah salah satu teman kami tidak sengaja menendang tempat sampah yang ada di  bis sehingga sampah yang berada di dalamnya berhamburan keluar dan berterbangan ke jalanan. Kenapa ini menjadi masalah? Karena selama aku disini, aku tidak pernah melihat sampah berserakan di mana-mana apalagi di jalan raya. Ya betapa bersih dan dijaganya kota ini dari ancaman sampah. Jika dibandingkan dengan Indonesia, hal ini sangat bertolak belakang entah karena apa atau mungkin karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap sampah atau karena kurang pedulinya masyarakat terhadap sampah? Mungkin bisa jadi keduanya, karena bagaimanapun harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih. Pokoknya kebersihan di Korea harus di contoh oleh kita sebagai masyarakat Indonesia agar kita juga merasa nyaman dan indah dilihat. 
            Setelah sampah tersebut berserakan kami segera memungut dan membuang kembali ke tempat sampah. Lalu kami segera menyebrangi jalan raya dan segera menuju ke restaurant idaman yang tidak sabar untuk kudatangi. Saat tiba di restaurant tersebut, aku masuk dan menuju ke ruangan yang telah disediakan oleh Profesor. Kami makan di lantai atas di sebuah ruangan dengan dekorasi tradisional unik yang menjadi ciri khas rumah tradisional Korea. Kemudian satu persatu makanan datang, yang pertama adalah jamur yang dibalut terigu dengan berbagai hiasan diatasnya. Aku baru pertama kali memakan makananan seperti ini, rasanya sangat berbeda seperti jamur biasanya. Awalnya aku rasa makanan ini tidak terlalu enak tetapi lama kelamaan aku banyak memakannya wkwk maklum lah anak kost. Selain jamur chicken tadi, ada juga berbagai acar yang disaji di piringan kecil untuk menu makan bersama Jajangmyeon. Yah setelah itu akhirnya makanan yang aku tunggu –tunggu datang dengan aroma yang khas yang belum pernah aku rasakan selama aku hidup di dunia ini wkwk. Finally Jajangmyeon is coming! Kami mendapatkan masing –masing satu mangkuk Jajangmyeon. Yupp Jajangmyeon adalah makanan Cina yang dibaluri saus kacang kedelai hitam dan sangat populer di Korea. Sebelum dicicipi, aku mengaduk-aduk terlebih dahulu Jajangmyeon dan langsung aku coba. Dan....rasanya....mmm...yah, ternyata begini rasanya, tentu saja sangat enak! Rasanya seperti mie pada biasanya tapi yang lebih dominan adalah saus kacang kedelai hitamnya yang membuat mulut belepotan dengan noda hitam haha. 
Jamur chicken
Jamur Chicken
Jamur Chicken
But first, let me take a selfie before eat Jajangmyeon
But first, let me take a selfie before eat Jajangmyeon
Waiting for our first Jajangmyeon
Finally~ i can see you
Last photo before all of them are lost
            Ehhey jangan lupa, di Indonesia kalo makan mie biasanya harus ada kerupuk atau sukro lah ya (kalo aku sih gitu) nah di Korea jika makan Jajangmyeon jangan lupakan Danmuji (acar lobak berwarna kuning) sebagai pendamping saat makan Jajangmyeon yah seperti kerupuk di kita lah hehe. Aku terus makan dengan lahap sampai tidak terasa makananku sudah mulai habis biasa Rewog alias hobi makan. Sebenarnya dalam Jajangmyeon itu ada potongan-potongan daging kecil yang di sajikan dengan saus kacangnya, dan hati-hati untuk yang muslim harus ditanyai terlebih dahulu apakah mengandung babi atau tidak. Untuk makanan ini, kami sudah memesan yang ‘No Pork’ jadi insyaallah aman. 
Danmuji (acar lobak berwarna kuning)
               Setelah selesai makan, aku merasa perut sudah tidak sanggup menampung makanan lagi dan rasa ngantuk pun mulai menghantui. Oke! Kita lanjutkan perjalanan kita menuju ke Gunung Mai. Kami memasuki bis dan memulai perjalanan. Jarak dari Jeonju ke Gunung Mai  kurang lebih dua jam perjalanan sehingga lumayan lama. Di sepanjang perjalanan aku melihat pegunungan yang indah dan pemandangan bukit-bukit seperti tempat pemakaman Korea  yang sering aku lihat di drama, perkebunan sayuran, dan masih banyak lagi. Di sepanjang jalan juga banyak sekali terowongan panjang yang sepertinya membelah bukit-bukit yang menghalanginya. Aku mulai lelah dan perlahan tertidur hingga akhirnya sampai ke Gunung Mai, di kota Jinan. Setelah sampai di tempat tujuan, kami turun dari bis dan mengikuti pemandu kami menuju ke dalam Gunung. Saat aku pertama kali datang kesini dan melihat-lihat sekeliling, banyak sekali patung-patung Budha yang berada di disini dan juga banyak rumah Tradisional Korea yang megah mirip seperti  istana-istana kerajaan Korea. Selain itu banyak orang-orang terutama para ibu-ibu, bapak-bapak, Kakek-kakek, dan nenek-nenek dengan pakaian olahraga lengkap yang berjalan disini. Terlihat juga sepanjang jalan yang aku lewati banyak sekali para pedagang yang menjual makanan dan juga aksesoris khas Korea serta banyak penjual ginseng yang ukurannya sangat besar seperti akar pohon-pohon besar yang berjejer disini untuk dijual. Suara para pedagangpun sangat meramaikan suasana dengan bahasa yang khas para ajuma Korea. Aku terus berjalan menuju ke gunung Mai, ternyata kami harus berjalan jauh terlebih dahulu untuk berada di lokasi pusat gunung Mai. Ya, ini sangat cocok untuk berolahraga dengan keluarga dan bersantai di hari Minggu. 
Ginseng khas Korea
            Di tengah perjalanan kami melihat ada danau yang besar serta tenang dan terlihat indah karena di ujung danau tersebut terdapat bangunan seperti sebuah istana yang membuat mata berbinar melihatnya, sangat indah. Kami pun tidak lupa untuk berfoto, bahkan kami disapa oleh seorang bapak-bapak yang menanyakan kami berasal dari mana dan ia mengajak kami untuk berfoto bersama. Oh iya danau ini juga pernah digunakan sebagai lokasi shooting drama Saeguk (Drama Kerajaan) dan karena itu tempat ini menjadi terkenal. Aku melanjutkan perjalanan, dan jika diperhatikan sepanjang jalan pasti banyak batu-batu yang ditumpuk beraturan hingga membentuk segitiga dengan puncak yang tinggi. Konon ini adalah bentuk ibadah kepada dewa bagi orang Korea, jika kita ingin berdoa dan membuat keinginan maka kita harus menumpuk batu-batu tersebut sebagai lambang kita mempunyai keinginan.

Danau di Jinan, ada sebuah istana di ujung danau
With Teh Resha, Teh Ipah, dan Teh garin (Photo was taken by Korean Ajussi)
            Setelah cukup lama aku berjalan, akhirnya aku sampai di pusat gunung Mai. Disini banyak sekali orang berlalu-lalang dan hanya sekedar berfoto. Tidak hanya itu, para pedagang juga terlihat banyak menawarkan barang dagangannya kepada para pendatang. Aku mulai berjalan lebih jauh, ini sangat menakjubkan! Aku seperti berada di negeri dongeng yang entah apa judulnya, jika disamakan mungkin akan lebih dekat dengan film Sun Go kong dimana banyak sekali patung-patung para dewa yang sering aku lihat di film Sun Go Kong. Berbagai patung dewa, binatang-binatang, dan kendi-kendi yang sering aku lihat di drama-drama kerajaan berjejer banyak sekali di tempat ini. Selain itu tempat ini dikelilingi lereng gunung batu yang sepertinya berbahaya namun sangat indah di lihat. Aku yakin aku akan bertemu Sun Go Kong, si Guru Biksu Tong, Wu Ching, dewi Kwan in dan juga Tie Pat Kai haha (maklum penonton setia Kera  Sakti). Aku lihat lebih jauh ada tiga buah istana mewah yang sangat indah berada diatas sana. Banyak sekali orang-orang yang mengunjungi istana tersebut, tidak lupa aku juga mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dengan latar istana tersebut. 
Di pintu menuju pusat Gunung Mai
Patung binatang dan dewa-dewa
Mengenang film Sun Go Kong
Di bawah tebing Gunung Mai
Para pedagang menjual beraneka ragam kerajinan
Berfoto dengan background istana tempat bertapa
          Aku sebenarnya ingin masuk dan mengunjungi istana tersebut dengan lebih dekat, namun sayangnya aku tidak kesana karena takut tertinggal rombongan tour hehe. Akhirnya aku hanya memotret dari tengah lokasi saja. Yang berada di benakku pada saat itu adalah kenapa rumah istana tersebut bisa dibangun di daerah pegunungan yang terjal seperti ini? Dan sepertinya memang pada jaman kerajaan dahulu banyak raja-raja yang bersmedi di pegunungan untuk memperoleh kekuatan sama seperti cerita jaman dulu di Indonesia yang banyak bersmedi di hutan ataupun sungai di tengah hutan seperti Jaka Tingkir dan Jakan Tarub hehe. Sehingga dari sejarah tersebut ditemukanlah benda-benda bersejarah yang akhirnya dilestarikan hingga sekarang kita sebagai generasi abad 21. Oh iya Gunung Mai artinya gunung Telinga, jika dilihat dari arah yang simetris, gunung tersebut konon katanya mirip seperti telinga manusia. Kemudian biasanya gunung Mai banyak dikunjungi pada musim semi, saat para bunga-bunga dan tumbuhan mulai bersemi sehingga menampilkan pemandangan yang indah dan tidak bisa terlupakan. 
          Setelah menikmati pemandangan tersebut, waktu menunjukan pukul 13.00 dan mengharuskan kami untuk pulang. Kemudian kami melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu di sebah gazebo dengan menggunakan air mineral sebagai air wudhu. Kenangan ini benar-benar berkesan, kami melaksanakan sholat dengan diperhatikan oleh orang-orang yang sedang beristirahat disitu dan bahkan aku diajak mengobrol dengan salah satu ibu-ibu dan membicarakan apa yang sedang dilakukan oleh kami. Akhirnya setelah sholat kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke bis. Saat aku sedang berjalan ada dua orang ajuma yang berbicara dengan bahasa Korea yang artinya ‘oh orang mana mereka? Arab? Ah bukan sepertinya mereka orang Malaysia’ aku langsung menoleh ke arah ibu-ibu itu dan tersenyum sambil berkata ‘Joneun Indonesia Saram Imnida’ yang artinya saya orang Indonesia. Ibu-ibu itu terkejut dan langsung merangkul tangan dan pundakku sambil mengatakan ‘aigoo hangukmal arayo?’ yang artinya ‘kamu mengerti bahasa Korea’ aku menjawab ‘ye, Jogeumyo’ yang artinya ‘ya sedikit’ mereka memuji kami yang berbeda dari dari orang Korea dengan hijab yang kami pakai. Setelah sedikit berbincang-bincang aku kembali meneruskan perjalanan.   
         Sebelum sampai di parkiran, aku dan teh Resha mampir ke sebuah tempat penjualan makanan. Disana terlihat banyak jenis makanan yang aneh, ada yang mirip dengan serangga dan benar saja itu semacam gorengan serangga yang digoreng renyah yang membuat aku merinding. Di drama yang pernah aku tonton juga aku pernah melihat serangga seperti itu, tapi sungguh aku tidak berani untuk memakannya. Selain itu, ada berbagai daging yang ditusuk seperti sate namun ukurannya lebih besar, dan ternyata itu adalah daging anjing. Aku sering melihat daging babi yang dijual seperti itu, tapi untuk daging anjing aku benar-benar baru kali ini melihatnya sehingga mengingatkan aku pada film Thailand ‘Hello Stranger’ yang banyak daging anjing dijual di pasaran. Sebenarnya kami mampir kesini hanya untuk melihat dan menanyakan menu apa saja, tapi ternyata ibu ini menjual wafel yang terlihat enak dimakan siang-siang seperti ini. Akhirnya teh Resha membeli wafel dengan harga 5000 won atau sekitar 70.000 Rupiah. Kemudan kami pergi menuju parkiran sambil banyak berfoto di jalan-jalan menuju parkiran. 
Bye-bye Jinan Maisan
            Saat tiba di parkiran, ada rombongan para ajuma dan ajussi sedang memotong semangka yang terlihat enak, kemudian saat kami lewat mereka langsung menawarkan dan memberikan semangka kepada kami, dengan senang hati kami tentu saja menerima tawaran makanan gratis seperti ini. Lalu kami memasuki bis dan memulai perjalanan pulang ke Jeonju. Karena waktu perjalanan lumayan lama, akhirnya aku tertidur pulas hingga sudah sampai lagi di Jeonju. Setelah sampai di Jeonju, kami mengunjungi Hanok Village (Rumah Tradisional Korea) terlebih dahulu untuk membeli oleh-oleh aksesoris. Aku pun memilih barang-barang yang ingin aku beli untuk kenang-kenangan saat pulang ke Indonesia. Tapi harus kalian tahu, siapkan uang yang super duper cukup karena barang-barang disini sangat mahal dari tempat-tempat lain. Mungkin karena tempat ini tempat wisata jadi pantas saja rata-rata harganya lumayan mahal. Tidak banyak yang aku beli, Cuma beberapa barang unik yang aku suka. 
Melihat-lihat aksesoris unik (iya just looking)
            Setelah selesai berbelanja, kami akan makan malam bersama di salah satu restauran bebek terkenal di Jeonju. Kami pun berangkat dan sampai di restaurant tujuan pada pukul 7.00 malam. Kami memasuki restauran tersebut dan benar saja restaurannya cukup besar dan banyak sekali orang-orang yang makan disana. Hmm aromanya sangat aneh, aroma dari masakan-masakan yang tidak aku kenal sebelumnya. Kami memasuki ruangan yang sudah disediakan makanan di meja, seerti biasa di Korea saat makan pasti banyak sekali menu yang sudah disediakan terlebih dahulu seperti  japche, kimchi, lobak, dll sebelum menu utama datang. Aku segera duduk di bantal kursi yang ada di lantai dan mulai menatap menu di meja. Aku mulai mencicipi beberapa makanan yang tersedia terutama ada Hobakjuk yaitu bubur labu Kuning alias ‘kolek waluh gede’ yang rasanya tiada tara. Berhubung aku pecinta manis, bubur ini sangat enak dan benar-benar membangkitkan energi hehe.   
Makanan pembuka sebelum menu utama datang
            Kemudian menu utama yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, yap menu bebek bakar ala Korea sudah datang. Bebek bakar ini disajikan di piring besar sesuai dengan ukuran bebeknya yang besar dan dengan warna coklat agak ke gosong-gosongan (Sejenis Bakakak Entog di Sunda) yang disajikan untuk enam orang. Ah sudah tidak sabar aku segera mengambil potongan paha dan langsung menyantapnya, ini adalah makanan yang paling enak yang kesekian kali yang aku rasakan selama disini. Ini benar-benar mantap, dari teksturnya yang lembut dan rasanya yang benar-benar terasa seperti masakan mamah di rumah kkkk. Aku tidak bisa banyak bicara dalam situasi ini, aku akan terus makan sampai kenyang, just eating, eating, and eating. Aku lupa sudah berapa potong bebek yang aku makan, hanya saja perut sudah mulai mem beri sinyal untuk makan secara perlahan.  
            Setelah habis oleh kami berenam, tiba-tiba bibi restaurant nya menawarkan kami apakah ingin makan nasi atau ingin makan Naengmyeon (mie dingin). Kami semua terkejut, ternyata ada ronde dua padahal kami sudah sangat kenyang dengan hanya memakan bebek yang porsi gorilla. Yah, aku ingin sedikit berbagi cerita, ternyata di Korea biasanya nasi tidak disajikan dengan menu utama di awal. Biasanya saat kita memesan sesuatu seperti tadi kami memesan bebek maka yang kami makan terlebih dahulu adalah bebek, begitu pun dengan bulgogi atau menu lainnya biasanya nasi dimakan terakhir. Tetapi itu juga tergantung dengan keinginan si pembeli, tapi karena kita di Indonesia biasanya setiap makan nasi adalah menu paling utama untuk dimakan bersama lauk lainnya dan biasanya nasi lebih banyak dari lauknya (ya kan?). Sedangkan di Korea biasanya kita memakan lauknya terlebih dahulu lalu sisa-sisanya dicampur dengan nasi dan menu lauknya sangat banyak sedangkan nasinya hanya sedikit. Tapi ada yang mencengangkan dari orang-orang Korea, yang aku lihat ternyata mereka makannya lebih banyak dibandingkan kita orang Indonesia. Saat aku makan di cafetaria, aku sering melihat mahasiswi makan dengan porsi yang besar bahkan mereka makan dengan lahap, tapi anehnya rata-rata mereka tetap langsing dan memiliki tubuh yang ideal. Kenapa bisa begitu, menurut pebelitianku selama ini mereka makan banyak dengan gizi yang seimbang, rata-rata mereka makan sup, daging, dan tentunya banyak sayuran yang mereka konsumsi saat makan sehingga menyehatkan bagi tubuh mereka. Berbeda dengan kita yang rata-rata makan makanan yang berlemak dan berkolestrol. Boleh ditiru nih dari orang-orang Korea dalam mengkonsumsi makanan yang sehat, perbanyak makan sayuran, dan tentunya makan dengan teratur tiga kali sehari agar kesehatan tetap terjaga.
          Lanjut ke adegan selanjutnya, setelah kami ditawari nasi dan mie dingin, aku tidak boleh nyerah. Sebenarnya aku sudah mulai kenyang, namun aku penasaran bagaimana rasanya mie dingin yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Oke Kul! Aku memesan mie dingin setelah melahap bebek yang tinggal tulang belulang. Tidak lama setelah itu, mie dingin yang menjadi pesananku datang. Aku menatapnya dengan penasaran, aku melihat bentuk mie nya yang kecil-kecil seperi bihun namun ada coreng-coreng yang ternyata mie itu terbuat dari gandum. Dengan ditemani mentimun dan telur setengah matang, ternyata terdapat es batu juga didalamnya yang menandakan bahwa mie itu dingin. 
Naengmyeon (mie dingin)
            Kemudian  aku langsung mencobanya, dan wow dinginnya sangat terasa (iyalah namanya juga mie dingin) namun rasanyaaa -tidak ada-. Bukan pertama kali aku mencicipi masakan Korea yang kekurangan garam (maklum orang Indonesia resepna nu asin) namun menurutku ini benar-benar tidak ada rasanya hanya rasa dingin yang mencubit lidahku. Baru kali ini aku meyianyiakan makanan seperti ini, maafkan. Aku benar-benar tidak dapat merasakan kenikmatan dari mie dingin ini, bukan karena aku kekenyangan karena makanan sebelumnya tapi mungkin memang aku kurang menyukai mie ini. Naengmyeon, maafkan aku tidak menikmatimu dan tidak menghargaimu namun sepertinya aku tidak menyukaimu dengan bumbu seperti itu, tapi jika aku menambahkan beberapa bumbu penyedap dan garam lagi aku janji akan menyantapmu dengan senang hati. Walaupun begitu, "aku sudah berkenalan denganmu dan banyak orang lain juga yang menyukaimu, teruslah menjadi dirimu sendiri walaupun aku tidak menyukaimu", fighting!. Setelah selesai makan malam, kami segera kembali ke asrama dan beristirahat. Selama perjalanan di hari Minggu ini benar-benar banyak yang aku pelajari, aku banyak berpikir bahwa hidup itu tidak hanya disitu, banyak yang harus dilakukan dan banyak yang harus dicari. Sebelum terlambat, sebaiknya kita harus banyak mencari dan mendapat pengalaman untuk memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Ah aku lelah, setelah aku turun dari bis aku segera ke kamar dan membersihkan diri. Sudah sekitar pukul 10 malam, aku mendapat pesan dari Daehan, seorang pria yang aku temui saat di Imsil phibong. Ia menanyakan apa yang aku lakukan hari ini dan kami pun saling mengobrol di kakao sampai akhirnya aku tertidur.*TO BE CONTINUE....

No comments:

Post a Comment