DAY 9
Minggu, 15 Mei 2016
Tidak terasa waktu berjalan
begitu cepat, rasanya baru kemarin aku menginjakan kaki di negeri impian ini
ternyata sudah seminggu yang lalu. Baiklah, di hari Minggu ini kami mempunyai
jadwal kegiatan jarak jauh lagi. Hari ini kami dijadwalkan akan pergi bertamasya
sekaligus berolahraga ke kota Jinan. Lebih tepatnya kami akan mengunjujngi
tempat bersejarah di Gunung Mai (di Korea di sebut Mai-san, san artinya
gunung), Yah mungkin seperti hiking lah ya. Seperti biasa aku bangun pagi dan
langsung bersiap diri untuk berangkat ke tempat tujuan. Cuaca hari ini tidak
terlalu dingin bahkan terasa hangat sehingga aku putuskan mengenakan pakaian
yang santai dan tidak terlalu tebal. Setelah selesai bersiap, kami segera
berkumpul dan berangkat ke parking lot dan memulai perjalanan. Sebelum
melanjutkan perjalanan, kami di bawa ke sebuah restoran yang menyediakan
makanan cina. Yap benar sekali hari ini aku akan menyantap mie khas cina dengan
dibaluri saus hitam yaitu ‘Jajangmyeon’. Kalian para Kpopers dan pecinta drama
Korea pastinya tahu dong jajangmyeon kaya gimana. Oke kita lanjut saja, bus
yang kita tumpangi berhenti di pinggir jalan raya, kemudian kami turun dari bis
dan bersiap akan menyebrang karena lokasi restaurant Jajangmyeon berada di
sebrang jalan. Ada yang mengejutkan saat kami turun dari bis, Teh Ipah salah
satu teman kami tidak sengaja menendang tempat sampah yang ada di bis sehingga sampah yang berada di dalamnya
berhamburan keluar dan berterbangan ke jalanan. Kenapa ini menjadi masalah?
Karena selama aku disini, aku tidak pernah melihat sampah berserakan di
mana-mana apalagi di jalan raya. Ya betapa bersih dan dijaganya kota ini dari
ancaman sampah. Jika dibandingkan dengan Indonesia, hal ini sangat bertolak
belakang entah karena apa atau mungkin karena kurangnya perhatian pemerintah
terhadap sampah atau karena kurang pedulinya masyarakat terhadap sampah?
Mungkin bisa jadi keduanya, karena bagaimanapun harus ada kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat untuk terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih.
Pokoknya kebersihan di Korea harus di contoh oleh kita sebagai masyarakat
Indonesia agar kita juga merasa nyaman dan indah dilihat.
Setelah sampah
tersebut berserakan kami segera memungut dan membuang kembali ke tempat sampah.
Lalu kami segera menyebrangi jalan raya dan segera menuju ke restaurant idaman
yang tidak sabar untuk kudatangi. Saat tiba di restaurant tersebut, aku masuk
dan menuju ke ruangan yang telah disediakan oleh Profesor. Kami makan di lantai
atas di sebuah ruangan dengan dekorasi tradisional unik yang menjadi ciri khas
rumah tradisional Korea. Kemudian satu persatu makanan datang, yang pertama
adalah jamur yang dibalut terigu dengan berbagai hiasan diatasnya. Aku baru
pertama kali memakan makananan seperti ini, rasanya sangat berbeda seperti jamur
biasanya. Awalnya aku rasa makanan ini tidak terlalu enak tetapi lama kelamaan
aku banyak memakannya wkwk maklum lah anak kost. Selain jamur chicken tadi, ada
juga berbagai acar yang disaji di piringan kecil untuk menu makan bersama
Jajangmyeon. Yah setelah itu akhirnya makanan yang aku tunggu –tunggu datang
dengan aroma yang khas yang belum pernah aku rasakan selama aku hidup di dunia
ini wkwk. Finally Jajangmyeon is coming! Kami mendapatkan masing –masing satu
mangkuk Jajangmyeon. Yupp Jajangmyeon adalah makanan Cina yang dibaluri saus
kacang kedelai hitam dan sangat populer di Korea. Sebelum dicicipi, aku
mengaduk-aduk terlebih dahulu Jajangmyeon dan langsung aku coba.
Dan....rasanya....mmm...yah, ternyata begini rasanya, tentu saja sangat enak!
Rasanya seperti mie pada biasanya tapi yang lebih dominan adalah saus kacang
kedelai hitamnya yang membuat mulut belepotan dengan noda hitam haha.
|
Jamur chicken |
|
Jamur Chicken |
|
Jamur Chicken |
|
But first, let me take a selfie before eat Jajangmyeon |
|
But first, let me take a selfie before eat Jajangmyeon |
|
Waiting for our first Jajangmyeon |
|
Finally~ i can see you |
|
Last photo before all of them are lost |
Ehhey
jangan lupa, di Indonesia kalo makan mie biasanya harus ada kerupuk atau sukro
lah ya (kalo aku sih gitu) nah di Korea jika makan Jajangmyeon jangan lupakan
Danmuji (acar lobak berwarna kuning) sebagai pendamping saat makan Jajangmyeon
yah seperti kerupuk di kita lah hehe. Aku terus makan dengan lahap sampai tidak
terasa makananku sudah mulai habis biasa Rewog alias hobi makan. Sebenarnya
dalam Jajangmyeon itu ada potongan-potongan daging kecil yang di sajikan dengan
saus kacangnya, dan hati-hati untuk yang muslim harus ditanyai terlebih dahulu
apakah mengandung babi atau tidak. Untuk makanan ini, kami sudah memesan yang
‘No Pork’ jadi insyaallah aman.
|
Danmuji (acar lobak berwarna kuning) |
Setelah selesai makan, aku merasa perut sudah
tidak sanggup menampung makanan lagi dan rasa ngantuk pun mulai menghantui.
Oke! Kita lanjutkan perjalanan kita menuju ke Gunung Mai. Kami memasuki bis dan
memulai perjalanan. Jarak dari Jeonju ke Gunung Mai kurang lebih dua jam perjalanan sehingga
lumayan lama. Di sepanjang perjalanan aku melihat pegunungan yang indah dan
pemandangan bukit-bukit seperti tempat pemakaman Korea yang sering aku lihat di drama, perkebunan sayuran,
dan masih banyak lagi. Di sepanjang jalan juga banyak sekali terowongan panjang
yang sepertinya membelah bukit-bukit yang menghalanginya. Aku mulai lelah dan
perlahan tertidur hingga akhirnya sampai ke Gunung Mai, di kota Jinan. Setelah
sampai di tempat tujuan, kami turun dari bis dan mengikuti pemandu kami menuju
ke dalam Gunung. Saat aku pertama kali datang kesini dan melihat-lihat
sekeliling, banyak sekali patung-patung Budha yang berada di disini dan juga
banyak rumah Tradisional Korea yang megah mirip seperti istana-istana kerajaan Korea. Selain itu
banyak orang-orang terutama para ibu-ibu, bapak-bapak, Kakek-kakek, dan
nenek-nenek dengan pakaian olahraga lengkap yang berjalan disini. Terlihat juga
sepanjang jalan yang aku lewati banyak sekali para pedagang yang menjual
makanan dan juga aksesoris khas Korea serta banyak penjual ginseng yang
ukurannya sangat besar seperti akar pohon-pohon besar yang berjejer disini
untuk dijual. Suara para pedagangpun sangat meramaikan suasana dengan bahasa
yang khas para ajuma Korea. Aku terus berjalan menuju ke gunung Mai, ternyata
kami harus berjalan jauh terlebih dahulu untuk berada di lokasi pusat gunung
Mai. Ya, ini sangat cocok untuk berolahraga dengan keluarga dan bersantai di
hari Minggu.
|
Ginseng khas Korea |
Di tengah perjalanan kami melihat ada danau yang besar serta
tenang dan terlihat indah karena di ujung danau tersebut terdapat bangunan
seperti sebuah istana yang membuat mata berbinar melihatnya, sangat indah. Kami
pun tidak lupa untuk berfoto, bahkan kami disapa oleh seorang bapak-bapak yang
menanyakan kami berasal dari mana dan ia mengajak kami untuk berfoto bersama.
Oh iya danau ini juga pernah digunakan sebagai lokasi shooting drama Saeguk
(Drama Kerajaan) dan karena itu tempat ini menjadi terkenal. Aku melanjutkan perjalanan,
dan jika diperhatikan sepanjang jalan pasti banyak batu-batu yang ditumpuk
beraturan hingga membentuk segitiga dengan puncak yang tinggi. Konon ini adalah
bentuk ibadah kepada dewa bagi orang Korea, jika kita ingin berdoa dan membuat
keinginan maka kita harus menumpuk batu-batu tersebut sebagai lambang kita
mempunyai keinginan.
|
Danau di Jinan, ada sebuah istana di ujung danau |
|
With Teh Resha, Teh Ipah, dan Teh garin (Photo was taken by Korean Ajussi) |
Setelah cukup lama aku berjalan, akhirnya aku sampai di
pusat gunung Mai. Disini banyak sekali orang berlalu-lalang dan hanya sekedar
berfoto. Tidak hanya itu, para pedagang juga terlihat banyak menawarkan barang
dagangannya kepada para pendatang. Aku mulai berjalan lebih jauh, ini sangat
menakjubkan! Aku seperti berada di negeri dongeng yang entah apa judulnya, jika
disamakan mungkin akan lebih dekat dengan film Sun Go kong dimana banyak sekali
patung-patung para dewa yang sering aku lihat di film Sun Go Kong. Berbagai
patung dewa, binatang-binatang, dan kendi-kendi yang sering aku lihat di
drama-drama kerajaan berjejer banyak sekali di tempat ini. Selain itu tempat
ini dikelilingi lereng gunung batu yang sepertinya berbahaya namun sangat indah
di lihat. Aku yakin aku akan bertemu Sun Go Kong, si Guru Biksu Tong, Wu Ching,
dewi Kwan in dan juga Tie Pat Kai haha (maklum penonton setia Kera Sakti). Aku lihat lebih jauh ada tiga buah
istana mewah yang sangat indah berada diatas sana. Banyak sekali orang-orang
yang mengunjungi istana tersebut, tidak lupa aku juga mengabadikan momen
tersebut dengan berfoto dengan latar istana tersebut.
|
Di pintu menuju pusat Gunung Mai |
|
Patung binatang dan dewa-dewa |
|
Mengenang film Sun Go Kong |
|
Di bawah tebing Gunung Mai |
|
Para pedagang menjual beraneka ragam kerajinan |
|
Berfoto dengan background istana tempat bertapa |
Aku sebenarnya ingin
masuk dan mengunjungi istana tersebut dengan lebih dekat, namun sayangnya aku
tidak kesana karena takut tertinggal rombongan tour hehe. Akhirnya aku hanya
memotret dari tengah lokasi saja. Yang berada di benakku pada saat itu adalah
kenapa rumah istana tersebut bisa dibangun di daerah pegunungan yang terjal
seperti ini? Dan sepertinya memang pada jaman kerajaan dahulu banyak raja-raja
yang bersmedi di pegunungan untuk memperoleh kekuatan sama seperti cerita jaman
dulu di Indonesia yang banyak bersmedi di hutan ataupun sungai di tengah hutan
seperti Jaka Tingkir dan Jakan Tarub hehe. Sehingga dari sejarah tersebut
ditemukanlah benda-benda bersejarah yang akhirnya dilestarikan hingga sekarang
kita sebagai generasi abad 21. Oh iya Gunung Mai artinya gunung Telinga, jika
dilihat dari arah yang simetris, gunung tersebut konon katanya mirip seperti
telinga manusia. Kemudian biasanya gunung Mai banyak dikunjungi pada musim
semi, saat para bunga-bunga dan tumbuhan mulai bersemi sehingga menampilkan
pemandangan yang indah dan tidak bisa terlupakan.
Setelah menikmati pemandangan
tersebut, waktu menunjukan pukul 13.00 dan mengharuskan kami untuk pulang.
Kemudian kami melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu di sebah gazebo dengan
menggunakan air mineral sebagai air wudhu. Kenangan ini benar-benar berkesan,
kami melaksanakan sholat dengan diperhatikan oleh orang-orang yang sedang
beristirahat disitu dan bahkan aku diajak mengobrol dengan salah satu ibu-ibu
dan membicarakan apa yang sedang dilakukan oleh kami. Akhirnya setelah sholat
kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke bis. Saat aku sedang berjalan ada
dua orang ajuma yang berbicara dengan bahasa Korea yang artinya ‘oh orang mana
mereka? Arab? Ah bukan sepertinya mereka orang Malaysia’ aku langsung menoleh
ke arah ibu-ibu itu dan tersenyum sambil berkata ‘Joneun Indonesia Saram
Imnida’ yang artinya saya orang Indonesia. Ibu-ibu itu terkejut dan langsung
merangkul tangan dan pundakku sambil mengatakan ‘aigoo hangukmal arayo?’ yang
artinya ‘kamu mengerti bahasa Korea’ aku menjawab ‘ye, Jogeumyo’ yang artinya
‘ya sedikit’ mereka memuji kami yang berbeda dari dari orang Korea dengan hijab
yang kami pakai. Setelah sedikit berbincang-bincang aku kembali meneruskan
perjalanan.
Sebelum sampai di parkiran, aku dan teh Resha mampir ke sebuah tempat
penjualan makanan. Disana terlihat banyak jenis makanan yang aneh, ada yang
mirip dengan serangga dan benar saja itu semacam gorengan serangga yang
digoreng renyah yang membuat aku merinding. Di drama yang pernah aku tonton
juga aku pernah melihat serangga seperti itu, tapi sungguh aku tidak berani
untuk memakannya. Selain itu, ada berbagai daging yang ditusuk seperti sate
namun ukurannya lebih besar, dan ternyata itu adalah daging anjing. Aku sering
melihat daging babi yang dijual seperti itu, tapi untuk daging anjing aku
benar-benar baru kali ini melihatnya sehingga mengingatkan aku pada film
Thailand ‘Hello Stranger’ yang banyak daging anjing dijual di pasaran.
Sebenarnya kami mampir kesini hanya untuk melihat dan menanyakan menu apa saja,
tapi ternyata ibu ini menjual wafel yang terlihat enak dimakan siang-siang
seperti ini. Akhirnya teh Resha membeli wafel dengan harga 5000 won atau
sekitar 70.000 Rupiah. Kemudan kami pergi menuju parkiran sambil banyak berfoto
di jalan-jalan menuju parkiran.
|
Bye-bye Jinan Maisan |
Saat tiba di parkiran, ada rombongan para ajuma
dan ajussi sedang memotong semangka yang terlihat enak, kemudian saat kami
lewat mereka langsung menawarkan dan memberikan semangka kepada kami, dengan
senang hati kami tentu saja menerima tawaran makanan gratis seperti ini. Lalu
kami memasuki bis dan memulai perjalanan pulang ke Jeonju. Karena waktu
perjalanan lumayan lama, akhirnya aku tertidur pulas hingga sudah sampai lagi
di Jeonju. Setelah sampai di Jeonju, kami mengunjungi Hanok Village (Rumah
Tradisional Korea) terlebih dahulu untuk membeli oleh-oleh aksesoris. Aku pun
memilih barang-barang yang ingin aku beli untuk kenang-kenangan saat pulang ke
Indonesia. Tapi harus kalian tahu, siapkan uang yang super duper cukup karena
barang-barang disini sangat mahal dari tempat-tempat lain. Mungkin karena
tempat ini tempat wisata jadi pantas saja rata-rata harganya lumayan mahal.
Tidak banyak yang aku beli, Cuma beberapa barang unik yang aku suka.
|
Melihat-lihat aksesoris unik (iya just looking) |
Setelah
selesai berbelanja, kami akan makan malam bersama di salah satu restauran bebek
terkenal di Jeonju. Kami pun berangkat dan sampai di restaurant tujuan pada
pukul 7.00 malam. Kami memasuki restauran tersebut dan benar saja restaurannya
cukup besar dan banyak sekali orang-orang yang makan disana. Hmm aromanya
sangat aneh, aroma dari masakan-masakan yang tidak aku kenal sebelumnya. Kami
memasuki ruangan yang sudah disediakan makanan di meja, seerti biasa di Korea
saat makan pasti banyak sekali menu yang sudah disediakan terlebih dahulu
seperti japche, kimchi, lobak, dll
sebelum menu utama datang. Aku segera duduk di bantal kursi yang ada di lantai
dan mulai menatap menu di meja. Aku mulai mencicipi beberapa makanan yang
tersedia terutama ada Hobakjuk yaitu bubur labu Kuning alias ‘kolek waluh gede’
yang rasanya tiada tara. Berhubung aku pecinta manis, bubur ini sangat enak dan
benar-benar membangkitkan energi hehe.
|
Makanan pembuka sebelum menu utama datang |
Kemudian menu utama yang ditunggu-tunggu
akhirnya datang juga, yap menu bebek bakar ala Korea sudah datang. Bebek bakar
ini disajikan di piring besar sesuai dengan ukuran bebeknya yang besar dan
dengan warna coklat agak ke gosong-gosongan (Sejenis Bakakak Entog di Sunda)
yang disajikan untuk enam orang. Ah sudah tidak sabar aku segera mengambil
potongan paha dan langsung menyantapnya, ini adalah makanan yang paling enak
yang kesekian kali yang aku rasakan selama disini. Ini benar-benar mantap, dari
teksturnya yang lembut dan rasanya yang benar-benar terasa seperti masakan
mamah di rumah kkkk. Aku tidak bisa banyak bicara dalam situasi ini, aku akan
terus makan sampai kenyang, just eating, eating, and eating. Aku lupa sudah
berapa potong bebek yang aku makan, hanya saja perut sudah mulai mem beri
sinyal untuk makan secara perlahan.
Setelah habis oleh kami berenam, tiba-tiba
bibi restaurant nya menawarkan kami apakah ingin makan nasi atau ingin makan
Naengmyeon (mie dingin). Kami semua terkejut, ternyata ada ronde dua padahal
kami sudah sangat kenyang dengan hanya memakan bebek yang porsi gorilla. Yah,
aku ingin sedikit berbagi cerita, ternyata di Korea biasanya nasi tidak disajikan
dengan menu utama di awal. Biasanya saat kita memesan sesuatu seperti tadi kami
memesan bebek maka yang kami makan terlebih dahulu adalah bebek, begitu pun
dengan bulgogi atau menu lainnya biasanya nasi dimakan terakhir. Tetapi itu
juga tergantung dengan keinginan si pembeli, tapi karena kita di Indonesia
biasanya setiap makan nasi adalah menu paling utama untuk dimakan bersama lauk
lainnya dan biasanya nasi lebih banyak dari lauknya (ya kan?). Sedangkan di
Korea biasanya kita memakan lauknya terlebih dahulu lalu sisa-sisanya dicampur
dengan nasi dan menu lauknya sangat banyak sedangkan nasinya hanya sedikit.
Tapi ada yang mencengangkan dari orang-orang Korea, yang aku lihat ternyata
mereka makannya lebih banyak dibandingkan kita orang Indonesia. Saat aku makan
di cafetaria, aku sering melihat mahasiswi makan dengan porsi yang besar bahkan
mereka makan dengan lahap, tapi anehnya rata-rata mereka tetap langsing dan
memiliki tubuh yang ideal. Kenapa bisa begitu, menurut pebelitianku selama ini
mereka makan banyak dengan gizi yang seimbang, rata-rata mereka makan sup,
daging, dan tentunya banyak sayuran yang mereka konsumsi saat makan sehingga
menyehatkan bagi tubuh mereka. Berbeda dengan kita yang rata-rata makan makanan
yang berlemak dan berkolestrol. Boleh ditiru nih dari orang-orang Korea dalam
mengkonsumsi makanan yang sehat, perbanyak makan sayuran, dan tentunya makan
dengan teratur tiga kali sehari agar kesehatan tetap terjaga.
Lanjut ke adegan selanjutnya,
setelah kami ditawari nasi dan mie dingin, aku tidak boleh nyerah. Sebenarnya
aku sudah mulai kenyang, namun aku penasaran bagaimana rasanya mie dingin yang
belum pernah aku rasakan sebelumnya. Oke Kul! Aku memesan mie dingin setelah
melahap bebek yang tinggal tulang belulang. Tidak lama setelah itu, mie dingin
yang menjadi pesananku datang. Aku menatapnya dengan penasaran, aku melihat
bentuk mie nya yang kecil-kecil seperi bihun namun ada coreng-coreng yang
ternyata mie itu terbuat dari gandum. Dengan ditemani mentimun dan telur
setengah matang, ternyata terdapat es batu juga didalamnya yang menandakan
bahwa mie itu dingin.
|
Naengmyeon (mie dingin) |
Kemudian aku
langsung mencobanya, dan wow dinginnya sangat terasa (iyalah namanya juga mie
dingin) namun rasanyaaa -tidak ada-. Bukan pertama kali aku mencicipi masakan
Korea yang kekurangan garam (maklum orang Indonesia resepna nu asin) namun
menurutku ini benar-benar tidak ada rasanya hanya rasa dingin yang mencubit
lidahku. Baru kali ini aku meyianyiakan makanan seperti ini, maafkan. Aku
benar-benar tidak dapat merasakan kenikmatan dari mie dingin ini, bukan karena
aku kekenyangan karena makanan sebelumnya tapi mungkin memang aku kurang
menyukai mie ini. Naengmyeon, maafkan aku tidak menikmatimu dan tidak
menghargaimu namun sepertinya aku tidak menyukaimu dengan bumbu seperti itu,
tapi jika aku menambahkan beberapa bumbu penyedap dan garam lagi aku janji akan
menyantapmu dengan senang hati. Walaupun begitu, "aku sudah berkenalan denganmu
dan banyak orang lain juga yang menyukaimu, teruslah menjadi dirimu sendiri
walaupun aku tidak menyukaimu", fighting!. Setelah selesai makan malam, kami
segera kembali ke asrama dan beristirahat. Selama perjalanan di hari Minggu ini
benar-benar banyak yang aku pelajari, aku banyak berpikir bahwa hidup itu tidak
hanya disitu, banyak yang harus dilakukan dan banyak yang harus dicari. Sebelum
terlambat, sebaiknya kita harus banyak mencari dan mendapat pengalaman untuk
memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Ah aku
lelah, setelah aku turun dari bis aku segera ke kamar dan membersihkan diri.
Sudah sekitar pukul 10 malam, aku mendapat pesan dari Daehan, seorang pria yang
aku temui saat di Imsil phibong. Ia menanyakan apa yang aku lakukan hari ini
dan kami pun saling mengobrol di kakao sampai akhirnya aku tertidur.*TO BE CONTINUE....
No comments:
Post a Comment