Monday, March 20, 2017

[Eps 7] Pengalaman Terindah "Special Freeday on FRIDAY"

DAY 7

Jumat, 13 Mei 2016

          Hari ini adalah hari Jumat, tidak ada kelas yang menunggu di pagi hari. Suara burung terdengar merdu berkicauan di pagi hari, suara angin yang berhembus dari luar jendela kamarku seakan menyuruhku untuk tetap terlelap didalam hangatnya selimut. Ya hari ini FREE TIME!! Ah yang pertama ada di pikiranku adalah hari ini akan benar-benar free jalan-jalan. Shopping, dan menikmati keindahan Negara Ginseng seharian. Aku terus memikirkan kemana aku dan teman-temanku akan menghabiskan hari ini. Oh iya aku lupa semalam aku dan teman-teman diberi jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama fre time ini, sambil beranjak dari tempat tidur aku segera menghampiri meja yang diatasnya terdapat jadwal yang akan dilakukan pada hari ini. Aku segera mandi dan bersiap-siap serta tidak lupa membereskan tempat tidurku yang lumayan berantakan. Setelah itu aku segera sarapan di cafetaria seperti biasa. Jadwal pertama kami adalah Shopping, ya mendengarnya saja aku sangat antusias biasa lah perempuan mah senengnya yang bersangkutan dengan shopping. Tepat Jam 8 kami berangkat dari terminal kampus menuju salah satu tempat berbelanja di sekitar kota Jeonju. Perjalanan put tidak lama, hanya perlu lima menit saja kami sudah sampai di Departmen Store lebih tepatnya di Home Plus, ya kurang jika di Indonesia seperti Yogya atau Matahari lah hehe. 
          Kami segera turun dari bis dan diberi arahan oleh Prof. Choi untuk berbelanja di sini. Aku sudah tidak sabar ingin segera memasuki Home Plus dan berbelanja disana. Saat aku hendak memasuki Home Plus, petugas keamanan disana menghentikanku dan juga teman-teman lainnya. Kami terkejut dan bertanya-tanya kenapa mereka seperti itu, Prof Choi segera mendekati kami dan terlihat berbincang bincang dengan petugas keamanan tersebut. Ternyata petugas keamanan mengatakan bahwa Home Plus belum dibuka dan kita harus menunggu sekitar lima belas menit lagi. Wah kami merasa malu karena itu kami kembali ke halaman Home Plus dan melihat-lihat sekitar dan berfoto sambil menunggu Toko di buka. 
Foto di depan Home Plus
Suasana Jeonju pada pagi hari
Foto bersama Pak Dadang Bainur (Bapak kami di Korea Selatan)
            Setelah menunggu akhirnya Home Plus sudah dibuka, aku masuk ke dalam dan melihat-lihat barang-barang yang dijual disana. Ya, aku hanya melihat-lihat, aku kurang tertarik dengan harga yang dipajang yang membuat mulutku ternganga dan mata membulat. Harganya benar-benar menguras isi kantong, ya walaupun banyak juga yang standar tapi aku punya tujuan kesini bukan untuk menghabiskan uang bekal untuk hanya sekedar membeli barang yang mahal, aku ingin membeli sesuatu yang standar tapi mengesankan hehe. Kemudian aku melihat ada diskon masker wajah dengan merek terkenal di Korea, aku melebarkan senyuman dan dengan penuh keyakinan aku ingin membeli masker wajah itu dengan harga 10.000 Won atau sekitar 120,000 Rupiah. Setelah itu aku berjalan ke lantai bawah, disini aku melihat banyak sekali makanan yang berjejer rapi. Aku terkesima saat berada disini, jujur saja aku sangat menyukai saat melihat makanan-makanan Korea, karena yang aku lihat makanan mereka sangat menyehatkan. Aku mulai memilih makanan apa yang akan aku beli untuk dibawa ke Indonesia. Aku ingin membeli banyak sekali jenis makanan, tapi apa boleh buat aku punya banyak barang yang kubawa didalam koper. Dengan sedih hati aku harus mengatur barang-barangku agar tidak over load. Akhirnya aku hanya membeli Rumput Laut dan juga Banana Uyu. Setelah itu, aku diberi tahu untuk segera mengakhiri  masa berbelanja di hari ini karena kami akan melanjutkan perjalalanan dan melaksanakan jadwal selanjutnya. Aku bergegas menuju kembali ke atas dan segera berkumpul dengan teman-teman lainnya. 
         Kemudian setelah semua berkumpul, kami segera menuju bis dan memulai perjalanan. Jadwal selanjutnya yaitu mengunjunggi Mesjid Abu Bakr Al Siddiqis yang ada di Jeonju. Ya, ini lah yang paling ditunggu-tunggu, ini lah moment yang paling tidak terlupakan selama perjalanan ini. Aku sangat bersyukur menjadi seorang muslim dan ini benar-benar kesempatan yang luar biasa untuk mengunjungi rumah Allah di negara yang muslimnya minoritas. Karena hari ini hari Jumat, rencananya tim kami akan melaksanakan solat jumat di Mesjid Abu Bakr. Tepat pukul 12.00 kami tiba di lokasi dan segera berjalan menuju mesjid, suasana sepi mengelilingi bangunan Mesjid Abu Bakar, aku berjalan mengikuti rombongan dan subhanallah aku terkesima dengan keindahan mesjid ini.
Hasil gambar untuk masjid kota Jeonju Korea selatan
Mesjid di Jeonju (sumber : Google)
        Aku tidak menyangka di kota yang bahkan rata-rata tidak beragama ini ada sebuah bangunan suci yang menjadi kebanggaan tersendiri untuk umat muslim yang berkunjung di negara ini. Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini mengingatkanku betapa indahnya agama ku yang bahkan di negaraku sendiri aku tidak terlalu sering memasukinya. Bangunan yang dipenuhi warna putih dan hijau serta didampingi menara mesjid yang menjulang tinggi dan kubah yang menjadi lambang bahwa terdapat orang muslim di kota ini. Saat aku sedang melihat-lihat di sekitar mesjid, imam besar Dr. Abdul Wahab Zahid Haq langsung menyambut kami dengan salam dan senyuman. Beliau berasal dari Suriah yang sudah lama tinggal di Jeonju, dengan pakaian, peci  dan janggut yang sudah mulai memutih beliau mengingatkan kami untuk selalu bersyukur atas apa yang di berika Tuhan. Pa Dadang mulai berbincang-bincang dengan beliau tentang tujuan kami datang kesini. Sementara itu aku dan salah seorang temanku, kak Resha berjalan-jalan disekitar mesjid. Tiba-tiba ada dua orang pria dengan malu-malu memandang ke arah kami, aku dan kak Resya segera berjalan mendekati mereka dan bertanya dengan bahasa Inggris. Namun mereka terlihat bingung dengan pertanyaan kami, aku mencoba berbicara lagi dengan bahasa Korea dan benar saja mereka menjawab dengan fasih dan bahkan mengajukan pertanyaan lagi kepada kami. 
         Mereka berdua adalah Ali dan Zain pria asal Pakistan yang  datang ke Jeonju untuk bekerja. Mereka juga sudah lama berada di Jeonju maka dari itu bahasa Korea nya benar-benar sudah lancar.  Hanya itu yang aku tahu tentang mereka dan kami juga berfoto bersama dengan Ali dan Zain. Aku kembali ke rombongan teman-temanku yang sedang fokus mendengarkan pembicaraan Prof Choi, Pa Dadang dan Abu Bakar. Ternyata ada sesuatu hal yang sedang di perbincangkan, ya kami datang kesini untuk melakukan Solat Jumat pada pukul 12.00 dan ternyata jadwal solat Jumat di Mesjid dimulai pada pukul 13.00 dan waktu Solat Dzuhur waktu Korea adalah pukul 13.30 berbeda sekali dengan Indonesia. Maka dari itu, Abu Bakar menyarankan para laki-laki untuk beribadah disana hingga pukul 14.00 sampai ibadah solat Jumat selesai. Tim kami memang sangat ingin melaksanakan ibadah disini tapi pada pukul tersebut kami sudah harus mengisi jadwal yang sudah ditentukan dan berlokasi di kota lain yang memerlukan satu jam perjalanan dari sini. Akhirnya dengan segala pertimbangan dan dengan berat hati kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan berencana menunaikan solat di perjalanan pada waktunya. Akhirnya kami pergi dari mesjid Abu Bakar dan menlanjutkan perjalanan. 
Foto bersama dengan Imam besar Mesjid Jeonju
        Saatnya makan siang, setelah mengunjungi mesjid kami dibawa ke sebuah restoran yang menyajikan beraneka makanan khas Korea. Aku langsung duduk di salah satu meja yang sudah disediakan, tidak sendiri aku makan bersama Aldrea, Novi dan juga Mr. Choi Myeong Yeol dari Jeonbuk Council on Social Welfare. Kami memakan makanan khas Korea Samgyetang atau Sup Ayam Ginseng yang sering aku lihat di drama. Dengan aroma yang khas dan gumpalan ayam yang terlihat menggoda aku ingin langsung menyantapnya. Tapi aku bingung cara memakannya, aku putuskan untuk melihat terlebih dahulu bagaimana orang asli Korea memakannya. Mr. Choi yang dari tadi duduk di sampingku menyadari kebingunganku dan akhirnya dia mengajarkanku bagainmana menyantap hidangan ini. Ia memperestasikan betapa bagusnya sup ini untuk kesehatan kita karena di dalamnya ada ginseng, kurma, nasi, dan juga rempah-rempah lainnya. Aku selalu mendengarkan walaupun ia menggunakan bahasa Korea yang kadang sulit untuk aku pahami. Namun dengan berbagai persatuan bahasa verbal, non verbal, bahkan kamus online kami akhirnya saling mengerti dan mulai menyantap makanan dengan lahap. 
Aldrea Praba, Novi Alviadini, Marlinda Siti Munawaroh, dan Choi Myeong Yeol
With Mr. Choi Myeong Yeol dari Jeonbuk Council on Social Welfare
Samgyetang (Sup Ayam Ginseng) sebelum disantap
         Setelah menghabiskan makanan yang luar biasa enak ini, kami segera melanjutkan perjalanan lagi menuju kota Gimjae. Kota yang memerlukan empat puluh menit perjalanan dari Jeonju ini sangat mengesankan. Dalam perjalanan kami dibawa ke suatu tempat yang sudah disediakan oleh Prof. Choi untuk kami beribadah. Karena sudah memasuki waktu dzuhur kami segera mengambil air wudhu dan solat berjamaah. Ini sangat berkesan, kareana kami solat di tempat yang berbeda dari sebelumya, bangunan ini biasanya digunakan oleh umat kristiani untuk beribadah dan saat ini kami menggunakan ruangan ini untuk beribadah juga. Harus kalian ketahui, masyarakat disini pada umumnya sangat toleransi terhadap umat beragama. Walaupun masyarakat mayoritas tidak beragama, namun mereka mengakui adanya agama yang dianut oleh orang lain dan menghormatinya serta memberikan fasilitas-fasilitas untuk orang yang beagama. Banyak sekali yang aku pelajari  tentang kehidupan selama perjalanan ini.
Menuju tempat untuk melaksanakan Shalat
         Setelah selesai solat, kami kembali menuju bis untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah komunitas peduli sosial di kota Gimjae. Kami mengunjungi Kimje Kilbourne Community Welfare Center (CWC) dan Food Bank. Ya kata-kata ini memang sangat asing bagiku, aku mulai memasuki gedung CWC dan disambut oleh anak-anak lucu yang sedang belajar disana. Ini pertama kalinya aku melihat kerumunan anak-anak Korea yang berjajar menyambut kedatangan kami. Melihat mereka yang mengucapkan salam dan selamat datang kepada kami membuatku teringat dengan ‘Daehan Minguk Manse’ di The Return of Superman yang  sering aku tonton. Apalagi melihat ada anak yang tingkahnya menggemaskan seperti si bungsu Manse (khusus pecinta TROS yaa) hehe. Mereka benar-benar terlihat imut dan polos sampai-sampai aku ingin mencubit pipi chubby anak-anak ini. Oh iya ada satu hal yang harus diperhatikan saat berada di Korea, kita sebagai orang dewasa asing bagi anak-anak Korea dilarang untuk menyentuh anak-anak. Hal ini dikarenakan masyarakat Korea sangat berhati-hati terhadap orang asing yang ditemui. Sebagai orang dewasa, ketika kita menyentuh anak-anak yang tidak kita ketahui dan tanpa adanya izin dari sang ibu ataupun wali, maka itu bisa dikatakan pelecehan terhadap anak. Bicara tentang pelecehan, banyak sekali yang aku dengar selama di Korea. Kemudian yang harus diperhatikan lagi adalah kita dilarang memotret orang secara diam-diam. Jika dalam suasana resmi kita diharuskan membunyikan suara handphone saat mengambil gambar. Hal ini dikarenakan agar orang yang kita foto dapat mengetahui dan mendapatkan izin foto dari orang yang di potret sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman. Selain itu, jika kita mendapat perlakuan yang kurang mengenakan di transportasi umum dan kita merasa tidak suka dengan perlakuan tersebut maka kita harus berteriak di dalam bus tersebut. Biasanya dengan mendengar teriakan seperti itu, supir transportasi akan membawa kendaraannya langsung menuju ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Masalah ini diantaranya seperti pencopetan , pelecehan seksual, dan lain sebagainya yang melanggar aturan hukum yang berlaku.
Foto bersama teh Ipah dan Kang Lukman di depan gedung Community Walfare Center
          Baiklah kita lanjutkan, setelah disambut oleh anak-anak dari CWC kami dibawa menuju sebuah ruangan di lantai atas yang sudah disediakan untuk memperkenalkan tentang Community Walfare Center dan Food Bank. Sebelum memulai presentasi, mereka mengenalakan penerjemaah dari bahasa Korea ke Bahasa Indonesia bernama Mba Anna. Yah beliau ternyata asli dari Jakarta dan mempunyai saudara di Bandung, Garut, dan Pangandaran. Ia dari kecil sudah tinggal di Korea karena ikut bersama orang tua yang bekerja di Korea. Sekarang ia sudah menikah dengan pria Korea dan mempunyai satu orang anak yang masih berada di bangku TK. Ia pulang ke Indonesia baisanya satu tahun sekali untuk mengunjungi  keluarganya di Jakarta. Begitulah sekilas profil dari Mba Anna yang aku kagumi karena sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Community Walfare Center atau Pusat Komunitas Sosial yaitu sebuah komunitas sosial yang banyak membantu masyarakat yang kurang mampu di Korea Selatan khususnya di kota Gimjae. Komunitas ini pertama kali didirikan saat Korea Selatan sedang berada dalam masa sulit untuk mendapatkan makanan dan banyak masyarakat kelaparan. Setelah mepresentasikan tentang CWC kami di ajak untuk mengunjungi Food Bank yang berada di lantai bawah. 
           Apa sih Food bank itu? Ya, Food Bank adalah Bank makanan, tempat berjejernya makanan-makanan yang siap dijual kepada orang-orang yang membutuhkan. Food bank ini sendiri terdiri dari berbagai jenis makanan yang diberikan langsung oleh perusahaan-perusahaan makanan di Korea.
Food Bank
Biasanya makanan yang dijual di Food bank ini adalah makanan yang masa kadaluarsanya hampir habis, namun begitu ini masih makanan yang layak di konsumsi hanya saja masa kadaluarsanya tinggal beberapa bulan lagi. Kemudian kesehatan dan kualitas dari berbagai makanan pun sangat di perhatikan, Food bank disini hanya menjual makanan yang sangat layak di konsumsi. Tujuan utama dari food bank ini sendiri adalah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dalam masalah ekonomi terutama dalam berbelanja pangan. Harga yang dipatok juga menjadi lebih murah dari harga normal di toko-toko biasa. Setiap tahun Food Bank ini menerima sumbangan makanan sangat besar dari berbagai perusahaan, karena menurut Undang-undang semua perusahaan di Korea itu harus menyumbangkan sebagian hasil produksinya untuk diberikan kepada orang yang kurang mampu. Jujur saja saat aku mendengar semua perbicangan dengan pegawai di Food bank ini aku merasa sangat tersentuh dan betapa hebatnya saling toleransi mereka dalam membantu satu sama lain. 
          Setelah mengunjungi food bank kami berkeliling-keliling di gedung itu dan juga melihat patung si pendiri dari CWC. Jadwal kami disini sudah selesai, kami kembali ke depan menuju keluar gedung. Kami kembali melewatii adik-adik menggemaskan tadi sambil berpamitan kepada mereka. Tapi tiba-tiba saja ada yang memanggil kami dengan sebutan Ajuma! Ommo apakah kami terlihat seperti Ajuma? Aigoo dasar bocah ya hmm tak apalah yang penting ngga disebut halmoni dah.
Perjalanan berlanjut, kami segera memasuki bis dan menuju ke tempat dimana lokasinya tidak terlalu jauh dari Community Walfare Center. Kali ini kami mengunjungi Gimjae Multicultural Center and Social Enterprise. Ini adalah sebuah yayasan tempat orang-orang asing yang datang dari luar Korea dan kesulitan untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Korea. Disini terdapat Gimjae Multicultural Family Support Center, jika di Indonesia lebih seperti penitipan anak. Tempat ini digunakan untuk anak yang orang tuanya sibuk bekerja dan tidak ada seseorang untuk mengajarkan pelajaran kepada sang anak. Tapi tentu saja tempat ini di khususkan bagi orang asing dan tidak di pungut biaya sama sekali. Saat kami datang kesana kami langsung disambut oleh para ibu-ibu ceria yang selalu menampilkan senyuman yang membuat nyaman orang yang melihatnya. Seperti ada kedamaian di wajahnya, ya tentu saja mereka adalah orang-orang hebat yang sukarela membantu orang asing yang datang ke negerinya. Setelah lumayan lama berbincang bincang, kami befoto bersama dan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Ya benar sekali masih ada jadwal yang harus kami laksanakan dari waktu ke waktu. Oh iya kami juga harus berpamitan dengan mba Ana karena ia harus pulang untuk menjemput anaknya di sekolah. Kami berpamitan dan sangat berterima kasih kepada Mba Ana yang sudah membantu kami selama perjalanan di Gimjae.
        Jadwal terakhir di kota Gimjae adalah mengunjungi Cafe yang di kelola oleh Gimjae Multicultural Center ya namanya Cafe ‘Eum’ lokasinya adalah sama dengan saat kami melakukan ibadah solat dzuhur siang tadi. Sebelum memasuki cafe, kami diajak untuk mengunjungi tempat pembuatan Roti yang nantinya akan dijual di cafe Eum. Aku masuk ke dapur dan melihat mereka membuat Roti yang bentuknya seperti Chocopai. Uniknya disini, semua pekerja yang mebuat roti adalah orang dari berbeda-beda negara. Ada yang dari Jepang, China, Filiphina, dan lain-lain. Mereka adalah orang asing yang belajar di Gimjae Multicultural Center dan menyalurkan bakat bekerja disini. Setelah menonton bagaimana membuat Roti, kami masing-masing pun mendapat satu porsi roti  dari chef yang berada di dapur. Kami segera menuju ke Cafe Eum dan menikmati secangkir Caramel Machiato serta Roti Coklat gratis hasil pengawasan. Setelah makan kami akan segera kembali ke Jeonju dan melaksanakan jadwal berikutnya. Perjalanan dua jam dari Gimjae ke Jeonju aku manfaatkan untuk tidur dan melepaskan lelah di tubuhku.
Caramel Machiato at Eum Cafe
          Akhirnya kami sampai di Jeonju, ternyata sore ini kami dijadwalkan untuk bertanding futsal dengan mahasiswa Chonbuk yang sudah menunggu di lapangan. Kami akhirnya turun dari bis dan segera menuju ke lapangan menemui para pemain dari Chonbuk. Sore ini cuaca sangat cerah bahkan terasa panas dan segar seperti di Bandung. Aku berjalan ke sisi lapangan untuk  mencari tempat yang nyaman saat menonton pertandingan futsal antara mahasiswa Unpas dengan mahaiswa Chonbuk. Pertandingan pun dimulai dengan meriah, kami menonton dengan teriakan yang seakan-akan hanya ada kami disana yang bertingkah gila seperti itu. Pertandingan semakin seru dan akhirnya dimenangkan oleh  tim mahasiswa Chonbuk. Yah kami kalah, maklum bermain di kandang lawan jadi kami mengalah saja haha. Setelah pertandingan selesai, kami berfoto bersama dan sedikit berbincang-bincang dengan salah satu kapten dari tim futsal Chonbuk bernama Kim Seong Il. Ia mengatakan akan berangkat ke Indonesia pada bulan Agustus untuk menjadi volunteer dari universitas Chonbuk di Pangalengan, Bandung. Seong il terlihat sangat cuek dan dingin, ya mungkin karena memang kami belum saling mengenal.  Baiklah Seong il, sampai ketemu di Indonesia. 
Foto setelah pertandingan Futsal
Foto bersama Prof. Choi Won Gyu
Foto ini diambil sekitar jam 6 sore
         Setelah selesai kami memasuki bis dan pergi ke gedung Fakultas Ilmu Sosial Universitas Chonbuk untuk mengikuti seminar dan bertemu dengan para volunteer yang akan diberangkatkan ke Indonesia pada Agustus 2016 ini. Kami pun sampai di lokasi, sebelumnya kami dibawa ke ruangan kelas yang pada saat itu banyak sekali mahasiswa Korea, kami duduk di kursi yang disediakan. Untuk tata ruangan kelas di Universitas ini memang sangat berbeda dengan di Indonesia, disini kursi dan meja disusun dengan rapi dan nyaman di gunakan. Aku sangat merasakan aura menyenangkan jika suatu saat aku bisa belajar disini hehehe. Setelah aku dan teman-teman duduk, kami diberikan makan malam yang disediakan dan aku pun segera menyantapnya. Menu malam ini adalah roti dengan sayuran segar yang aku rasa aku tidak bisa memakannya. Aku tidak terbiasa memakan roti dengan sayuran seperti itu, tapi sadarlah, ini di Korea kapan lagi aku akan mencoba makanan seperti ini. Hargailah apapun dimanapun kita berada. Jujur saja aku sangat menghargai makanan yang disediakan selama di Korea, aku selalu memakan apapun itu yang disuguhkan, bukan karena aku menyukai segalanya tetapi aku hanya ingin mencoba hal-hal baru dan terutama makanan-makanan baru yang tidak pernah kutemui sama sekali di rumahku dan yang hanya bisa aku lihat di drama-drama Korea selama makanan itu halal. Walaupun itu terasa tidak enak, minimal aku sudah mencipi bagaimana makanan itu. 
 
Makan malam bersama mahasiswa Chonbuk National University
         Setelah selesai makan, kami diberitahu untuk memasuki ruangan sebelah untuk mengikuti seminar bersama mahasiswa Korea lainnya. Aku pun segera beranjak dan memasuki ruangan itu. Aku duduk di kursi belakang, mahasiswa pun berdatangan dan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Aku terkesima melihat pemandangan ini, aku terus saja memperhatikan orang-orang yang memasuki ruangan yang sangat besar ini hingga tidak terasa ruangan sudah dipenuhi oleh mahasiswa dan juga dosen. Acara pun di mulai, jujur saja aku tidak terlalu mengerti dengan isi pembicaraan ini karena semuanya full menggunakan bahasa Korea tanpa di terjemaahkan ke bahasa Inggris. Pembicara pertama adalah dari CJ Entertainmen yang mepresentasikan tentang media. Kemudian pembicara lainnya ada dari Fakultas Ilmu Sosial Chonbuk Prof. Choi Won Gyu yang juga sebagai pendamping kami. Kemudian yang paling berkesan adalah Kakak kami teh Ipah Rosipah ternyata menjadi pembicara juga di acara ini. Ia dengan gagah berani berjalan ke depan para audien dan mulai mempresentasikan yayasan panti Asuhan Al-Qomariyah yang sudah lama ia kelola. Aku sangat terkesima dengan penampilan teh Ipah, aku sangat terinspirasi olehnya dan juga dengan kegigihannya dalam membatu saudara-saudara kita. Banyak juga mahasiswa yang bertanya tentang yayasan Al-Qomariyah dan dijawab dengan senang hati oleh teh Ipah. Teh Ipah, i’m so proud of you, semoga semuanya lancar dan yayasannya lebih berkembang dan melahirkan generasi-generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa. 
Sambutan dari Prof. Choi Won Gyu
         Setelah itu, saatnya kami bertemu dengan para volunteer atau relawan yang pernah datang ke Indonesia dan yang akan berangkat ke Indonesia. Perkenalan pertama diawali oleh para relawan yang sudah ke Indonesia pada bulan Januari 2016. Mereka memperkenalkan di depan para mahasiswa yang hadir dan berbagi pengalaman mengesankan selama di Indonesia. Selanjutnya adalah perkenalan dari mahasiswa yang akan berangkat ke Indonesia pada Agustus 2016. Mereka memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris dengan lancar. Bahkan ada yang memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia. Setelah mendengarkan mereka memperkenalkan diri masing-masing, sekarang saatnya aku dan teman-teman dari Universitas Pasundan memperkenalkan diri di depan para mahasiswa Chonbuk. Kami semua maju kedepan dengan penuh percaya diri. Aku berjalan dengan kebanggaanku sebagai mahasiswa Unpas dan mahasiswa asing bagi mereka. Kami tepat berada di hadapan para hadirin yang ada di ruangan ini. Kami diperkenalkan satu persatu oleh Pa Dadang sebagai dosen pembimbing kami selama berada di Korea. Aku diperkenalkan sebagai mahasiswa FISIP bersama empat orang seniorku dan mahasiswi satu-satunya dari jurusan Ilmu Komunikasi pada tahun ini. Setelah perkenalan ini, selanjutnya adalah perkenalan mahasiswa yang ditunjuk akan mengikuti kegiatan bakti sosial dan sebagai relawan untuk program Agustus 2016 mendampingi dua puluh lima mahasiswa Chonbuk. Yang akan mengikuti program bakti sosial bersama mahasiswa Chonbuk tersebut adalah Aldrea, Kak Haris, Kak Rara, dan juga aku sendiri dan sisanya nanti ditentukan oleh kampus. Kami yang disebut semuanya maju satu langkah ke depan untuk memperkenalkan diri. 
          Kemudian kami diperkenankan untuk memberikan beberapa sambutan menjelang program yang akan kami lakukan di Indonesia. Aldrea menjadi perwakilan kami untuk mengucapkan beberapa pidato, ia mulai dengan memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris dengan sangat lancar. Kemudian setelah itu, Prof. Choi mempersilahkan siapa lagi yang akan berbicara pada kesempatan ini dan pa Dadang menunjuk aku yang sedang fokus tanpa ada firasat apapun untuk menyampaikan beberapa kata disana. Aku terkejut saat pa Dadang menyebutkan nama ku untuk berbicara di depan semua orang yang berada disini dan aku disuruh untuk berbicara dengan bahasa Korea. OH MY GOD! THIS IS DREAM! Aku tanpa mengeluarkan kata-kata sedikitpun langsung tersenyum dan memegang microfon. Aku tersadar, aku berada dimana? Aku melihat hampir semua orang yang berada di ruangan ini mereka menatapku dengan penuh harapan. Aku melihat mereka dari sisi kanan, tengah, dan kiri. Yapp mereka semua menatapku, apa ini mimpi? Aku tidak tahu apakah ini nyata ataukah aku sedang berkhayal sedang berada di drama seperti Cheese in The Trap atau entah sedang berada dimana. Pokoknya saat berdiri disini aku benar-benar tidak percaya dengan diriku sendiri, aku tidak pernah membayangkan akan berada di situasi seperti ini. Aku berada diantara orang-orang yang tidak pernah kutemui sebelumnya, apakah ini benar-benar takdirku? Bagaimana ini, aku seperti tidak mengerti apa yang kualami dan kudapatkan di hidupku ini. Aku yakin mungkin dimata orang lain situasi seperti ini adalah situasi yang  biasa dan tidak ada maknanya sama sekali dalam hidupnya, tapi bagiku ini benar-benar berharga. Kesempatan ini benar-benar berarti dalam sejarah kehidupanku, aku tahu betul bagaimana aku berusaha untuk mencapai sejauh ini. Mungkin perjalanan seperti ini akan biasa-biasa saja bagi seseorang, tetapi bagiku ini adalah perjalanan berharga semasa aku hidup selama 19 tahun ini. Aku sangat menghargai semuanya, dan aku tidak pernah main-main dalam setiap detik kehidupanku. 
        Setelah sibuk berkata-kata di dalam otakku, aku mulai berbicara dengan bahasa Korea ‘Annyeonghaseyo, Joneun Marlinda-imnida, Joneun Pasundan Dehakyo haksengigo yeolahop sal-imnida, mannaseo bangapseumnida, gamsahamnida’ kemudian setelah aku berkenalan aku mendengar mereka tepuk tangan dengan meriah serta memancarkan senyum yang membuat aku terharu dan tidak bisa berkata-kata sebelum melanjutkan pembicaraanku. Aku tersenyum sambil melanjutkan pembicaraanku, aku mengatakan bahwa aku dan teman-teman akan senang bertemu dengan kalian semua lagi dan semoga kalian senang dapat mengunjungi Indonesia dan aku akan menunggu kalian datang ke Indonesia. Setelah itu tepuk tangan kembali meramaikan suasana hangat di ruangan itu. Aku pun sangat senang melihat betapa antusiasnya mereka dan ini benar-benar pengalaman pertamaku menjadi orang asing di hadapan orang-orang yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Setelah itu kami semua kembali ke tempat duduk semula dan memperhatikan orang yang berbicara di depan. 
         Tidak terasa tepat pukul 9 malam acara pun sudah selesai, kami meninggalkan ruangan itu dan diberitahukan untuk memasuki ruangan Prof Choi. Kami memasuki ruangan Prof. Choi dan duduk di kursi yang sudah disediakan, kami  diberi ucapan terima kasih karena sudah melaksakan jadwal yang panjang di hari ini. Yang spesial adalah masing-masing  kami diberi sebuah buku yang isinya tentang rangkaian kegiatan saat mahasiswa Chonbuk melakukan kegiatan bakti sosial dan menjadi relawan di Pangalengan, Bandung, pada  Januari 2016 lalu. Selain itu beliau juga memberikan bingkisan hadiah yaitu Power Bang hasil pembuatan dari mahasiswa teknik Chonbuk dan juga sebuah bolpoint+laser untuk melakukan presentasi. Tentu saja kami sangat senang dan sangat berterima kasih kepada Prof. Choi, kami sangat menghormati beliau semua segala kemudahan selalu ada dalam kehidupan beliau. Setelah mendapat hadiah kami pun segera pulang ke asrama dan sempat bertemu dengan salah satu mahasiswa yang akan berangkat ke Indonesia. Saat keluar dari ruangan Prof. Choi, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan seketita aku langsung menoleh.  Kulihat seorang pria dengan pakaian putih rapi dengan topi seperti seorang pilot tersenyum padaku, wow moment langka nih wkwk aku pun membalas senyumannya dan ia berkata ‘your Korean is so Good’ ahhhh aku telena dan langsung mengatakan ‘Ahh Thank you, but i must study hard again’ dia hanya tersenyum dan aku bertanya lagi ‘what’s your major?’ dia menjawab ‘My major is Engeenering’. Dilihat dari pakaiannya aku kira dia jurusan pilot atau kepolisian, ternyata dia anak teknik. Yah setelah itu karena kami sudah mulai capek, kami segera berjalan menuju bis utuk kembali ke asrama. 
           Bis mulai melaju untuk mengantarkan kami pulang setelah melewati hari yang panjang di Free Time ini. Ternyata ekspectasi ku tidak sesuai, aku kira free time ini adalah untuk bersantai menikmati negara Korea yang udaranya sama dengan Oppa-oppa Bangtan Boys tercinta tapi ternyata hari ini menjadi hari tersibuk selama aku berada di Korea. Oh iya berbicara BTS, hari ini 13 Mei 2016 adalah perilisan MV ‘Save Me’ sejarah pertama dalam kehidupan perKpop-an ku, hari ini adalah pengalaman pertamaku mendengar dan melihat perilisan MV BTS tepat pukul  12 malam KST (waktu Korea). Fangirl tetaplah fangirl, aku selalu mendengar lagu-lagu BTS hampir di semua tempat umum seperti restoran dan toko-toko di Korea, ahhh you guys must feel this moment. Gak bisa berkata-kata, pokoknya ‘Best Moment in Life’ deh hehehe.  Akhirnya kami sampai di asrama sekitar pukul 10 malam, aku segera membersihkan diri dan berkumpul bersama teman-teman sampai akhirnya aku pergi tidur pada pukul 12 malam. 
*TO BE CONTINUE......

No comments:

Post a Comment