DAY 7
Jumat, 13 Mei 2016
Hari ini adalah hari Jumat, tidak
ada kelas yang menunggu di pagi hari. Suara burung terdengar merdu berkicauan
di pagi hari, suara angin yang berhembus dari luar jendela kamarku seakan
menyuruhku untuk tetap terlelap didalam hangatnya selimut. Ya hari ini FREE
TIME!! Ah yang pertama ada di pikiranku adalah hari ini akan benar-benar free
jalan-jalan. Shopping, dan menikmati keindahan Negara Ginseng seharian. Aku
terus memikirkan kemana aku dan teman-temanku akan menghabiskan hari ini. Oh
iya aku lupa semalam aku dan teman-teman diberi jadwal kegiatan yang akan
dilakukan selama fre time ini, sambil beranjak dari tempat tidur aku segera
menghampiri meja yang diatasnya terdapat jadwal yang akan dilakukan pada hari
ini. Aku segera mandi dan bersiap-siap serta tidak lupa membereskan tempat
tidurku yang lumayan berantakan. Setelah itu aku segera sarapan di cafetaria
seperti biasa. Jadwal pertama kami adalah Shopping, ya mendengarnya saja aku
sangat antusias biasa lah perempuan mah senengnya yang bersangkutan dengan
shopping. Tepat Jam 8 kami berangkat dari terminal kampus menuju salah satu
tempat berbelanja di sekitar kota Jeonju. Perjalanan put tidak lama, hanya
perlu lima menit saja kami sudah sampai di Departmen Store lebih tepatnya di
Home Plus, ya kurang jika di Indonesia seperti Yogya atau Matahari lah hehe.
Kami segera turun dari bis dan diberi arahan oleh Prof. Choi untuk berbelanja
di sini. Aku sudah tidak sabar ingin segera memasuki Home Plus dan berbelanja
disana. Saat aku hendak memasuki Home Plus, petugas keamanan disana
menghentikanku dan juga teman-teman lainnya. Kami terkejut dan bertanya-tanya
kenapa mereka seperti itu, Prof Choi segera mendekati kami dan terlihat
berbincang bincang dengan petugas keamanan tersebut. Ternyata petugas keamanan
mengatakan bahwa Home Plus belum dibuka dan kita harus menunggu sekitar lima
belas menit lagi. Wah kami merasa malu karena itu kami kembali ke halaman Home
Plus dan melihat-lihat sekitar dan berfoto sambil menunggu Toko di buka.
|
Foto di depan Home Plus |
|
Suasana Jeonju pada pagi hari |
|
Foto bersama Pak Dadang Bainur (Bapak kami di Korea Selatan) |
Setelah menunggu akhirnya Home Plus sudah dibuka, aku masuk ke dalam dan
melihat-lihat barang-barang yang dijual disana. Ya, aku hanya melihat-lihat,
aku kurang tertarik dengan harga yang dipajang yang membuat mulutku ternganga
dan mata membulat. Harganya benar-benar menguras isi kantong, ya walaupun
banyak juga yang standar tapi aku punya tujuan kesini bukan untuk menghabiskan
uang bekal untuk hanya sekedar membeli barang yang mahal, aku ingin membeli
sesuatu yang standar tapi mengesankan hehe. Kemudian aku melihat ada diskon
masker wajah dengan merek terkenal di Korea, aku melebarkan senyuman dan dengan
penuh keyakinan aku ingin membeli masker wajah itu dengan harga 10.000 Won
atau sekitar 120,000 Rupiah. Setelah itu aku berjalan ke lantai bawah, disini
aku melihat banyak sekali makanan yang berjejer rapi. Aku terkesima saat berada
disini, jujur saja aku sangat menyukai saat melihat makanan-makanan Korea,
karena yang aku lihat makanan mereka sangat menyehatkan. Aku mulai memilih
makanan apa yang akan aku beli untuk dibawa ke Indonesia. Aku ingin membeli
banyak sekali jenis makanan, tapi apa boleh buat aku punya banyak barang yang
kubawa didalam koper. Dengan sedih hati aku harus mengatur barang-barangku agar
tidak over load. Akhirnya aku hanya membeli Rumput Laut dan juga Banana Uyu.
Setelah itu, aku diberi tahu untuk segera mengakhiri masa berbelanja di hari ini karena kami akan
melanjutkan perjalalanan dan melaksanakan jadwal selanjutnya. Aku bergegas
menuju kembali ke atas dan segera berkumpul dengan teman-teman lainnya.
Kemudian setelah semua berkumpul, kami segera menuju bis dan memulai
perjalanan. Jadwal selanjutnya yaitu mengunjunggi Mesjid Abu Bakr Al Siddiqis
yang ada di Jeonju. Ya, ini lah yang paling ditunggu-tunggu, ini lah moment
yang paling tidak terlupakan selama perjalanan ini. Aku sangat bersyukur
menjadi seorang muslim dan ini benar-benar kesempatan yang luar biasa untuk
mengunjungi rumah Allah di negara yang muslimnya minoritas. Karena hari ini
hari Jumat, rencananya tim kami akan melaksanakan solat jumat di Mesjid Abu
Bakr. Tepat pukul 12.00 kami tiba di lokasi dan segera berjalan menuju mesjid,
suasana sepi mengelilingi bangunan Mesjid Abu Bakar, aku berjalan mengikuti
rombongan dan subhanallah aku terkesima dengan keindahan mesjid ini.
|
Mesjid di Jeonju (sumber : Google) |
Aku tidak
menyangka di kota yang bahkan rata-rata tidak beragama ini ada sebuah bangunan
suci yang menjadi kebanggaan tersendiri untuk umat muslim yang berkunjung di
negara ini. Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini mengingatkanku betapa
indahnya agama ku yang bahkan di negaraku sendiri aku tidak terlalu sering
memasukinya. Bangunan yang dipenuhi warna putih dan hijau serta didampingi
menara mesjid yang menjulang tinggi dan kubah yang menjadi lambang bahwa
terdapat orang muslim di kota ini. Saat aku sedang melihat-lihat di sekitar
mesjid, imam besar Dr. Abdul Wahab Zahid Haq langsung menyambut kami dengan
salam dan senyuman. Beliau berasal dari Suriah yang sudah lama tinggal di
Jeonju, dengan pakaian, peci
dan janggut
yang sudah mulai memutih beliau mengingatkan kami untuk selalu bersyukur atas
apa yang di berika Tuhan. Pa Dadang mulai berbincang-bincang dengan beliau
tentang tujuan kami datang kesini. Sementara itu aku dan salah seorang temanku,
kak Resha berjalan-jalan disekitar mesjid. Tiba-tiba ada dua orang pria dengan
malu-malu memandang ke arah kami, aku dan kak Resya segera berjalan mendekati
mereka dan bertanya dengan bahasa Inggris. Namun mereka terlihat bingung dengan
pertanyaan kami, aku mencoba berbicara lagi dengan bahasa Korea dan benar saja
mereka menjawab dengan fasih dan bahkan mengajukan pertanyaan lagi kepada kami.
Mereka berdua adalah Ali dan Zain pria asal Pakistan yang datang ke Jeonju untuk bekerja. Mereka juga
sudah lama berada di Jeonju maka dari itu bahasa Korea nya benar-benar sudah
lancar. Hanya itu yang aku tahu tentang
mereka dan kami juga berfoto bersama dengan Ali dan Zain. Aku kembali ke
rombongan teman-temanku yang sedang fokus mendengarkan pembicaraan Prof Choi,
Pa Dadang dan Abu Bakar. Ternyata ada sesuatu hal yang sedang di perbincangkan,
ya kami datang kesini untuk melakukan Solat Jumat pada pukul 12.00 dan ternyata
jadwal solat Jumat di Mesjid dimulai pada pukul 13.00 dan waktu Solat Dzuhur
waktu Korea adalah pukul 13.30 berbeda sekali dengan Indonesia. Maka dari itu,
Abu Bakar menyarankan para laki-laki untuk beribadah disana hingga pukul 14.00
sampai ibadah solat Jumat selesai. Tim kami memang sangat ingin melaksanakan
ibadah disini tapi pada pukul tersebut kami sudah harus mengisi jadwal yang
sudah ditentukan dan berlokasi di kota lain yang memerlukan satu jam perjalanan
dari sini. Akhirnya dengan segala pertimbangan dan dengan berat hati kami
memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan berencana menunaikan solat di
perjalanan pada waktunya. Akhirnya kami pergi dari mesjid Abu Bakar dan
menlanjutkan perjalanan.
|
Foto bersama dengan Imam besar Mesjid Jeonju |
Saatnya makan siang, setelah
mengunjungi mesjid kami dibawa ke sebuah restoran yang menyajikan beraneka
makanan khas Korea. Aku langsung duduk di salah satu meja yang sudah
disediakan, tidak sendiri aku makan bersama Aldrea, Novi dan juga Mr. Choi
Myeong Yeol dari Jeonbuk Council on Social Welfare. Kami memakan makanan khas
Korea Samgyetang atau Sup Ayam Ginseng yang sering aku lihat di drama. Dengan
aroma yang khas dan gumpalan ayam yang terlihat menggoda aku ingin langsung
menyantapnya. Tapi aku bingung cara memakannya, aku putuskan untuk melihat
terlebih dahulu bagaimana orang asli Korea memakannya. Mr. Choi yang dari tadi
duduk di sampingku menyadari kebingunganku dan akhirnya dia mengajarkanku
bagainmana menyantap hidangan ini. Ia memperestasikan betapa bagusnya sup ini
untuk kesehatan kita karena di dalamnya ada ginseng, kurma, nasi, dan juga
rempah-rempah lainnya. Aku selalu mendengarkan walaupun ia menggunakan bahasa
Korea yang kadang sulit untuk aku pahami. Namun dengan berbagai persatuan bahasa
verbal, non verbal, bahkan kamus online kami akhirnya saling mengerti dan mulai
menyantap makanan dengan lahap.
|
Aldrea Praba, Novi Alviadini, Marlinda Siti Munawaroh, dan Choi Myeong Yeol |
|
With Mr. Choi Myeong Yeol dari Jeonbuk Council on Social Welfare |
|
Samgyetang (Sup Ayam Ginseng) sebelum disantap |
Setelah menghabiskan makanan yang luar biasa
enak ini, kami segera melanjutkan perjalanan lagi menuju kota Gimjae. Kota yang
memerlukan empat puluh menit perjalanan dari Jeonju ini sangat mengesankan.
Dalam perjalanan kami dibawa ke suatu tempat yang sudah disediakan oleh Prof.
Choi untuk kami beribadah. Karena sudah memasuki waktu dzuhur kami segera
mengambil air wudhu dan solat berjamaah. Ini sangat berkesan, kareana kami
solat di tempat yang berbeda dari sebelumya, bangunan ini biasanya digunakan
oleh umat kristiani untuk beribadah dan saat ini kami menggunakan ruangan ini
untuk beribadah juga. Harus kalian ketahui, masyarakat disini pada umumnya
sangat toleransi terhadap umat beragama. Walaupun masyarakat mayoritas tidak
beragama, namun mereka mengakui adanya agama yang dianut oleh orang lain dan
menghormatinya serta memberikan fasilitas-fasilitas untuk orang yang beagama.
Banyak sekali yang aku pelajari
tentang
kehidupan selama perjalanan ini.
|
Menuju tempat untuk melaksanakan Shalat |
Setelah selesai solat, kami kembali menuju bis
untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah komunitas peduli sosial di kota Gimjae.
Kami mengunjungi Kimje Kilbourne Community Welfare Center (CWC) dan Food Bank.
Ya kata-kata ini memang sangat asing bagiku, aku mulai memasuki gedung CWC dan
disambut oleh anak-anak lucu yang sedang belajar disana. Ini pertama kalinya
aku melihat kerumunan anak-anak Korea yang berjajar menyambut kedatangan kami.
Melihat mereka yang mengucapkan salam dan selamat datang kepada kami membuatku
teringat dengan ‘Daehan Minguk Manse’ di The Return of Superman yang sering aku tonton. Apalagi melihat ada anak
yang tingkahnya menggemaskan seperti si bungsu Manse (khusus pecinta TROS yaa)
hehe. Mereka benar-benar terlihat imut dan polos sampai-sampai aku ingin
mencubit pipi chubby anak-anak ini. Oh iya ada satu hal yang harus diperhatikan
saat berada di Korea, kita sebagai orang dewasa asing bagi anak-anak Korea dilarang
untuk menyentuh anak-anak. Hal ini dikarenakan masyarakat Korea sangat
berhati-hati terhadap orang asing yang ditemui. Sebagai orang dewasa, ketika
kita menyentuh anak-anak yang tidak kita ketahui dan tanpa adanya izin dari
sang ibu ataupun wali, maka itu bisa dikatakan pelecehan terhadap anak. Bicara
tentang pelecehan, banyak sekali yang aku dengar selama di Korea. Kemudian yang
harus diperhatikan lagi adalah kita dilarang memotret orang secara diam-diam.
Jika dalam suasana resmi kita diharuskan membunyikan suara handphone saat
mengambil gambar. Hal ini dikarenakan agar orang yang kita foto dapat
mengetahui dan mendapatkan izin foto dari orang yang di potret sehingga tidak
menimbulkan kesalah pahaman. Selain itu, jika kita mendapat perlakuan yang
kurang mengenakan di transportasi umum dan kita merasa tidak suka dengan
perlakuan tersebut maka kita harus berteriak di dalam bus tersebut. Biasanya
dengan mendengar teriakan seperti itu, supir transportasi akan membawa
kendaraannya langsung menuju ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi. Masalah ini diantaranya seperti pencopetan , pelecehan seksual, dan
lain sebagainya yang melanggar aturan hukum yang berlaku.
|
Foto bersama teh Ipah dan Kang Lukman di depan gedung Community Walfare Center |
Baiklah kita lanjutkan, setelah
disambut oleh anak-anak dari CWC kami dibawa menuju sebuah ruangan di lantai
atas yang sudah disediakan untuk memperkenalkan tentang Community Walfare
Center dan Food Bank. Sebelum memulai presentasi, mereka mengenalakan
penerjemaah dari bahasa Korea ke Bahasa Indonesia bernama Mba Anna. Yah beliau
ternyata asli dari Jakarta dan mempunyai saudara di Bandung, Garut, dan
Pangandaran. Ia dari kecil sudah tinggal di Korea karena ikut bersama orang tua
yang bekerja di Korea. Sekarang ia sudah menikah dengan pria Korea dan
mempunyai satu orang anak yang masih berada di bangku TK. Ia pulang ke
Indonesia baisanya satu tahun sekali untuk mengunjungi
keluarganya di Jakarta. Begitulah sekilas
profil dari Mba Anna yang aku kagumi karena sudah dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Community Walfare Center atau Pusat Komunitas Sosial yaitu sebuah
komunitas sosial yang banyak membantu masyarakat yang kurang mampu di Korea
Selatan khususnya di kota Gimjae. Komunitas ini pertama kali didirikan saat
Korea Selatan sedang berada dalam masa sulit untuk mendapatkan makanan dan
banyak masyarakat kelaparan. Setelah mepresentasikan tentang CWC kami di ajak
untuk mengunjungi Food Bank yang berada di lantai bawah.
Apa sih Food bank itu?
Ya, Food Bank adalah Bank makanan, tempat berjejernya makanan-makanan yang siap
dijual kepada orang-orang yang membutuhkan. Food bank ini sendiri terdiri dari
berbagai jenis makanan yang diberikan langsung oleh perusahaan-perusahaan
makanan di Korea.
|
Food Bank |
Biasanya makanan yang dijual di Food bank ini adalah makanan
yang masa kadaluarsanya hampir habis, namun begitu ini masih makanan yang layak
di konsumsi hanya saja masa kadaluarsanya tinggal beberapa bulan lagi. Kemudian
kesehatan dan kualitas dari berbagai makanan pun sangat di perhatikan, Food
bank disini hanya menjual makanan yang sangat layak di konsumsi. Tujuan utama
dari food bank ini sendiri adalah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu
dalam masalah ekonomi terutama dalam berbelanja pangan. Harga yang dipatok juga
menjadi lebih murah dari harga normal di toko-toko biasa. Setiap tahun Food
Bank ini menerima sumbangan makanan sangat besar dari berbagai perusahaan,
karena menurut Undang-undang semua perusahaan di Korea itu harus menyumbangkan
sebagian hasil produksinya untuk diberikan kepada orang yang kurang mampu. Jujur
saja saat aku mendengar semua perbicangan dengan pegawai di Food bank ini aku
merasa sangat tersentuh dan betapa hebatnya saling toleransi mereka dalam
membantu satu sama lain.
Setelah mengunjungi food bank kami
berkeliling-keliling di gedung itu dan juga melihat patung si pendiri dari CWC.
Jadwal kami disini sudah selesai, kami kembali ke depan menuju keluar gedung.
Kami kembali melewatii adik-adik menggemaskan tadi sambil berpamitan kepada
mereka. Tapi tiba-tiba saja ada yang memanggil kami dengan sebutan Ajuma! Ommo
apakah kami terlihat seperti Ajuma? Aigoo dasar bocah ya hmm tak apalah yang
penting ngga disebut halmoni dah.
Perjalanan berlanjut, kami segera
memasuki bis dan menuju ke tempat dimana lokasinya tidak terlalu jauh dari
Community Walfare Center. Kali ini kami mengunjungi Gimjae Multicultural Center
and Social Enterprise. Ini adalah sebuah yayasan tempat orang-orang asing yang
datang dari luar Korea dan kesulitan untuk beradaptasi dengan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat Korea. Disini terdapat Gimjae Multicultural
Family Support Center, jika di Indonesia lebih seperti penitipan anak. Tempat
ini digunakan untuk anak yang orang tuanya sibuk bekerja dan tidak ada
seseorang untuk mengajarkan pelajaran kepada sang anak. Tapi tentu saja tempat
ini di khususkan bagi orang asing dan tidak di pungut biaya sama sekali. Saat
kami datang kesana kami langsung disambut oleh para ibu-ibu ceria yang selalu
menampilkan senyuman yang membuat nyaman orang yang melihatnya. Seperti ada
kedamaian di wajahnya, ya tentu saja mereka adalah orang-orang hebat yang
sukarela membantu orang asing yang datang ke negerinya. Setelah lumayan lama
berbincang bincang, kami befoto bersama dan berpamitan untuk melanjutkan
perjalanan. Ya benar sekali masih ada jadwal yang harus kami laksanakan dari
waktu ke waktu. Oh iya kami juga harus berpamitan dengan mba Ana karena ia
harus pulang untuk menjemput anaknya di sekolah. Kami berpamitan dan sangat
berterima kasih kepada Mba Ana yang sudah membantu kami selama perjalanan di
Gimjae.
Jadwal terakhir di kota Gimjae
adalah mengunjungi Cafe yang di kelola oleh Gimjae Multicultural Center ya
namanya Cafe ‘Eum’ lokasinya adalah sama dengan saat kami melakukan ibadah
solat dzuhur siang tadi. Sebelum memasuki cafe, kami diajak untuk mengunjungi
tempat pembuatan Roti yang nantinya akan dijual di cafe Eum. Aku masuk ke dapur
dan melihat mereka membuat Roti yang bentuknya seperti Chocopai. Uniknya
disini, semua pekerja yang mebuat roti adalah orang dari berbeda-beda negara.
Ada yang dari Jepang, China, Filiphina, dan lain-lain. Mereka adalah orang asing
yang belajar di Gimjae Multicultural Center dan menyalurkan bakat bekerja
disini. Setelah menonton bagaimana membuat Roti, kami masing-masing pun
mendapat satu porsi roti dari chef yang
berada di dapur. Kami segera menuju ke Cafe Eum dan menikmati secangkir Caramel
Machiato serta Roti Coklat gratis hasil pengawasan. Setelah makan kami akan
segera kembali ke Jeonju dan melaksanakan jadwal berikutnya. Perjalanan dua jam
dari Gimjae ke Jeonju aku manfaatkan untuk tidur dan melepaskan lelah di
tubuhku.
|
Caramel Machiato at Eum Cafe |
Akhirnya kami sampai di Jeonju,
ternyata sore ini kami dijadwalkan untuk bertanding futsal dengan mahasiswa
Chonbuk yang sudah menunggu di lapangan. Kami akhirnya turun dari bis dan
segera menuju ke lapangan menemui para pemain dari Chonbuk. Sore ini cuaca
sangat cerah bahkan terasa panas dan segar seperti di Bandung. Aku berjalan ke
sisi lapangan untuk mencari tempat yang
nyaman saat menonton pertandingan futsal antara mahasiswa Unpas dengan mahaiswa
Chonbuk. Pertandingan pun dimulai dengan meriah, kami menonton dengan teriakan
yang seakan-akan hanya ada kami disana yang bertingkah gila seperti itu.
Pertandingan semakin seru dan akhirnya dimenangkan oleh tim mahasiswa Chonbuk. Yah kami kalah, maklum
bermain di kandang lawan jadi kami mengalah saja haha. Setelah pertandingan
selesai, kami berfoto bersama dan sedikit berbincang-bincang dengan salah satu
kapten dari tim futsal Chonbuk bernama Kim Seong Il. Ia mengatakan akan
berangkat ke Indonesia pada bulan Agustus untuk menjadi volunteer dari
universitas Chonbuk di Pangalengan, Bandung. Seong il terlihat sangat cuek dan
dingin, ya mungkin karena memang kami belum saling mengenal. Baiklah Seong il, sampai ketemu di Indonesia.
|
Foto setelah pertandingan Futsal |
|
Foto bersama Prof. Choi Won Gyu |
|
Foto ini diambil sekitar jam 6 sore |
Setelah selesai kami memasuki bis dan pergi ke gedung Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Chonbuk untuk mengikuti seminar dan bertemu dengan para volunteer
yang akan diberangkatkan ke Indonesia pada Agustus 2016 ini. Kami pun sampai di
lokasi, sebelumnya kami dibawa ke ruangan kelas yang pada saat itu banyak
sekali mahasiswa Korea, kami duduk di kursi yang disediakan. Untuk tata ruangan
kelas di Universitas ini memang sangat berbeda dengan di Indonesia, disini
kursi dan meja disusun dengan rapi dan nyaman di gunakan. Aku sangat merasakan
aura menyenangkan jika suatu saat aku bisa belajar disini hehehe. Setelah aku
dan teman-teman duduk, kami diberikan makan malam yang disediakan dan aku pun
segera menyantapnya. Menu malam ini adalah roti dengan sayuran segar yang aku
rasa aku tidak bisa memakannya. Aku tidak terbiasa memakan roti dengan sayuran
seperti itu, tapi sadarlah, ini di Korea kapan lagi aku akan mencoba makanan
seperti ini. Hargailah apapun dimanapun kita berada. Jujur saja aku sangat
menghargai makanan yang disediakan selama di Korea, aku selalu memakan apapun
itu yang disuguhkan, bukan karena aku menyukai segalanya tetapi aku hanya ingin
mencoba hal-hal baru dan terutama makanan-makanan baru yang tidak pernah
kutemui sama sekali di rumahku dan yang hanya bisa aku lihat di drama-drama
Korea selama makanan itu halal. Walaupun itu terasa tidak enak, minimal aku
sudah mencipi bagaimana makanan itu.
|
Makan malam bersama mahasiswa Chonbuk National University |
Setelah selesai makan, kami diberitahu
untuk memasuki ruangan sebelah untuk mengikuti seminar bersama mahasiswa Korea
lainnya. Aku pun segera beranjak dan memasuki ruangan itu. Aku duduk di kursi
belakang, mahasiswa pun berdatangan dan duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Aku terkesima melihat pemandangan ini, aku terus saja memperhatikan orang-orang
yang memasuki ruangan yang sangat besar ini hingga tidak terasa ruangan sudah
dipenuhi oleh mahasiswa dan juga dosen. Acara pun di mulai, jujur saja aku
tidak terlalu mengerti dengan isi pembicaraan ini karena semuanya full
menggunakan bahasa Korea tanpa di terjemaahkan ke bahasa Inggris. Pembicara
pertama adalah dari CJ Entertainmen yang mepresentasikan tentang media.
Kemudian pembicara lainnya ada dari Fakultas Ilmu Sosial Chonbuk Prof. Choi Won
Gyu yang juga sebagai pendamping kami. Kemudian yang paling berkesan adalah
Kakak kami teh Ipah Rosipah ternyata menjadi pembicara juga di acara ini. Ia dengan
gagah berani berjalan ke depan para audien dan mulai mempresentasikan yayasan
panti Asuhan Al-Qomariyah yang sudah lama ia kelola. Aku sangat terkesima
dengan penampilan teh Ipah, aku sangat terinspirasi olehnya dan juga dengan
kegigihannya dalam membatu saudara-saudara kita. Banyak juga mahasiswa yang
bertanya tentang yayasan Al-Qomariyah dan dijawab dengan senang hati oleh teh
Ipah. Teh Ipah, i’m so proud of you, semoga semuanya lancar dan yayasannya
lebih berkembang dan melahirkan generasi-generasi yang berguna bagi nusa dan
bangsa.
|
Sambutan dari Prof. Choi Won Gyu |
Setelah itu, saatnya kami bertemu dengan para volunteer atau relawan
yang pernah datang ke Indonesia dan yang akan berangkat ke Indonesia.
Perkenalan pertama diawali oleh para relawan yang sudah ke Indonesia pada bulan
Januari 2016. Mereka memperkenalkan di depan para mahasiswa yang hadir dan
berbagi pengalaman mengesankan selama di Indonesia. Selanjutnya adalah
perkenalan dari mahasiswa yang akan berangkat ke Indonesia pada Agustus 2016.
Mereka memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris dengan lancar. Bahkan ada yang
memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia. Setelah mendengarkan mereka
memperkenalkan diri masing-masing, sekarang saatnya aku dan teman-teman dari
Universitas Pasundan memperkenalkan diri di depan para mahasiswa Chonbuk. Kami
semua maju kedepan dengan penuh percaya diri. Aku berjalan dengan kebanggaanku
sebagai mahasiswa Unpas dan mahasiswa asing bagi mereka. Kami tepat berada di
hadapan para hadirin yang ada di ruangan ini. Kami diperkenalkan satu persatu oleh
Pa Dadang sebagai dosen pembimbing kami selama berada di Korea. Aku
diperkenalkan sebagai mahasiswa FISIP bersama empat orang seniorku dan
mahasiswi satu-satunya dari jurusan Ilmu Komunikasi pada tahun ini. Setelah
perkenalan ini, selanjutnya adalah perkenalan mahasiswa yang ditunjuk akan
mengikuti kegiatan bakti sosial dan sebagai relawan untuk program Agustus 2016
mendampingi dua puluh lima mahasiswa Chonbuk. Yang akan mengikuti program bakti
sosial bersama mahasiswa Chonbuk tersebut adalah Aldrea, Kak Haris, Kak Rara,
dan juga aku sendiri dan sisanya nanti ditentukan oleh kampus. Kami yang
disebut semuanya maju satu langkah ke depan untuk memperkenalkan diri.
Kemudian
kami diperkenankan untuk memberikan beberapa sambutan menjelang program yang
akan kami lakukan di Indonesia. Aldrea menjadi perwakilan kami untuk
mengucapkan beberapa pidato, ia mulai dengan memperkenalkan diri dengan bahasa
Inggris dengan sangat lancar. Kemudian setelah itu, Prof. Choi mempersilahkan
siapa lagi yang akan berbicara pada kesempatan ini dan pa Dadang menunjuk aku
yang sedang fokus tanpa ada firasat apapun untuk menyampaikan beberapa kata
disana. Aku terkejut saat pa Dadang menyebutkan nama ku untuk berbicara di
depan semua orang yang berada disini dan aku disuruh untuk berbicara dengan
bahasa Korea. OH MY GOD! THIS IS DREAM! Aku tanpa mengeluarkan kata-kata
sedikitpun langsung tersenyum dan memegang microfon. Aku tersadar, aku berada
dimana? Aku melihat hampir semua orang yang berada di ruangan ini mereka
menatapku dengan penuh harapan. Aku melihat mereka dari sisi kanan, tengah, dan
kiri. Yapp mereka semua menatapku, apa ini mimpi? Aku tidak tahu apakah ini
nyata ataukah aku sedang berkhayal sedang berada di drama seperti Cheese in The
Trap atau entah sedang berada dimana. Pokoknya saat berdiri disini aku
benar-benar tidak percaya dengan diriku sendiri, aku tidak pernah membayangkan
akan berada di situasi seperti ini. Aku berada diantara orang-orang yang tidak
pernah kutemui sebelumnya, apakah ini benar-benar takdirku? Bagaimana ini, aku
seperti tidak mengerti apa yang kualami dan kudapatkan di hidupku ini. Aku
yakin mungkin dimata orang lain situasi seperti ini adalah situasi yang biasa dan tidak ada maknanya sama sekali
dalam hidupnya, tapi bagiku ini benar-benar berharga. Kesempatan ini
benar-benar berarti dalam sejarah kehidupanku, aku tahu betul bagaimana aku
berusaha untuk mencapai sejauh ini. Mungkin perjalanan seperti ini akan
biasa-biasa saja bagi seseorang, tetapi bagiku ini adalah perjalanan berharga
semasa aku hidup selama 19 tahun ini. Aku sangat menghargai semuanya, dan aku
tidak pernah main-main dalam setiap detik kehidupanku.
Setelah sibuk
berkata-kata di dalam otakku, aku mulai berbicara dengan bahasa Korea
‘Annyeonghaseyo, Joneun Marlinda-imnida, Joneun Pasundan Dehakyo haksengigo
yeolahop sal-imnida, mannaseo bangapseumnida, gamsahamnida’ kemudian setelah
aku berkenalan aku mendengar mereka tepuk tangan dengan meriah serta
memancarkan senyum yang membuat aku terharu dan tidak bisa berkata-kata sebelum
melanjutkan pembicaraanku. Aku tersenyum sambil melanjutkan pembicaraanku, aku
mengatakan bahwa aku dan teman-teman akan senang bertemu dengan kalian semua
lagi dan semoga kalian senang dapat mengunjungi Indonesia dan aku akan menunggu
kalian datang ke Indonesia. Setelah itu tepuk tangan kembali meramaikan suasana
hangat di ruangan itu. Aku pun sangat senang melihat betapa antusiasnya mereka
dan ini benar-benar pengalaman pertamaku menjadi orang asing di hadapan
orang-orang yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Setelah itu
kami semua kembali ke tempat duduk semula dan memperhatikan orang yang
berbicara di depan.
Tidak terasa tepat pukul 9 malam acara pun sudah selesai,
kami meninggalkan ruangan itu dan diberitahukan untuk memasuki ruangan Prof
Choi. Kami memasuki ruangan Prof. Choi dan duduk di kursi yang sudah
disediakan, kami diberi ucapan terima
kasih karena sudah melaksakan jadwal yang panjang di hari ini. Yang spesial
adalah masing-masing kami diberi sebuah
buku yang isinya tentang rangkaian kegiatan saat mahasiswa Chonbuk melakukan
kegiatan bakti sosial dan menjadi relawan di Pangalengan, Bandung, pada Januari 2016 lalu. Selain itu beliau juga
memberikan bingkisan hadiah yaitu Power Bang hasil pembuatan dari mahasiswa
teknik Chonbuk dan juga sebuah bolpoint+laser untuk melakukan presentasi. Tentu
saja kami sangat senang dan sangat berterima kasih kepada Prof. Choi, kami
sangat menghormati beliau semua segala kemudahan selalu ada dalam kehidupan
beliau. Setelah mendapat hadiah kami pun segera pulang ke asrama dan sempat
bertemu dengan salah satu mahasiswa yang akan berangkat ke Indonesia. Saat
keluar dari ruangan Prof. Choi, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan
seketita aku langsung menoleh. Kulihat seorang
pria dengan pakaian putih rapi dengan topi seperti seorang pilot tersenyum
padaku, wow moment langka nih wkwk aku pun membalas senyumannya dan ia berkata
‘your Korean is so Good’ ahhhh aku telena dan langsung mengatakan ‘Ahh Thank
you, but i must study hard again’ dia hanya tersenyum dan aku bertanya lagi
‘what’s your major?’ dia menjawab ‘My major is Engeenering’. Dilihat dari
pakaiannya aku kira dia jurusan pilot atau kepolisian, ternyata dia anak teknik.
Yah setelah itu karena kami sudah mulai capek, kami segera berjalan menuju bis
utuk kembali ke asrama.
Bis mulai melaju untuk mengantarkan kami pulang setelah
melewati hari yang panjang di Free Time ini. Ternyata ekspectasi ku tidak
sesuai, aku kira free time ini adalah untuk bersantai menikmati negara Korea
yang udaranya sama dengan Oppa-oppa Bangtan Boys tercinta tapi ternyata hari
ini menjadi hari tersibuk selama aku berada di Korea. Oh iya berbicara BTS,
hari ini 13 Mei 2016 adalah perilisan MV ‘Save Me’ sejarah pertama dalam
kehidupan perKpop-an ku, hari ini adalah pengalaman pertamaku mendengar dan
melihat perilisan MV BTS tepat pukul 12
malam KST (waktu Korea). Fangirl tetaplah fangirl, aku selalu mendengar
lagu-lagu BTS hampir di semua tempat umum seperti restoran dan toko-toko di
Korea, ahhh you guys must feel this moment. Gak bisa berkata-kata, pokoknya
‘Best Moment in Life’ deh hehehe.
Akhirnya kami sampai di asrama sekitar pukul 10 malam, aku segera
membersihkan diri dan berkumpul bersama teman-teman sampai akhirnya aku pergi
tidur pada pukul 12 malam.
*TO BE CONTINUE......
No comments:
Post a Comment